Kamis, 08 September 2011

Kawasan Transmigrasi Baru Dibangun di Pante Ceureumen


Senin, 5 September 2011 09:00 WIBShare |


MEULABOH - Pemerintah Aceh melalui Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk, mulai bulan September ini melaksanakan pembangunan kawasan transmigrasi baru yang berlokasi di Desa Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

Pembangunan lokasi transmigrasi yang menelan dana mencapai Rp 3,4 miliar yang bersumber dari dana APBA tahun 2011 ini, nantinya akan ditempati oleh 45 kepala keluarga yang berasal dari masyarakat yang berada di sekitar kompleks transmigrasi.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Aceh Barat Drs Mursalin AbdullahAceh Bar kepada Serambi, Minggu (4/9) mengatakan, tujuan pembangunan lokasi transmigrasi baru itu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus pemberian lapangan kerja baru bagi warga.

Mengingat selama ini, salah satu cara peningkatan perekonomian masyarakat di wilayah itu, kata Mursalin, dengan cara pembukaan lokasi transmigrasi. Sehingga warga yang nantinya mendapatkan rumah, lahan perkebunan serta berbagai fasilitas itu mampu menghasilkan beraneka hasil pertanian, perkebunan, serta ternak guna menunjang perekonomian masyarakat.

Sedangkan alokasi anggaran sebesar Rp 3,4 milir tersebut, katanya, digunakan untuk penyelesaian rumah, sarana umum, dukungan transportasi (jalan) serta berbagai program lainnya. “Insya Allah, akhir tahun 2011 ini lokasi transmigrasi baru di Desa Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat bisa ditempati. Karena semua kebutuhan masyarakat sudah ditanggung pemerintah khususnya sarana di lokasi penempatan,” pungkas Mursalin Abdullah.(edi)

Sumber Serambinews.com

Jumat, 19 Agustus 2011

Diamuk Gajah, Seorang Warga Nagan Tewas

Isteri Korban Selamat
Kamis, 11 Agustus 2011 20:10

JEURAM - Abdul Halim (52) tewas dengan perut terburai setelah seekor gajah mengamuk di kebun karet kawasan Sumber Batu Kecamatan meureboh, Nagan Raya, Kamis (11/8).

Isteri korban Nur Hayati (45) yang berhasil selamat dari amukan "Poh Meurah" itu, menuturkan, sekitar pukul 08.00 wib dia bersama suami berada di kebun mereka kawasan Desa Sumber Batu,Kecamatan Meureubo, untuk menderes karet.

Abdul Halim, warga Desa Seumambek, Kecamatan Kuala, saat itu bersama isterinya sedang menderes karet. Tiba-tiba seekor gajah mengamuk dan mendatangi mereka. Nurhayati yang kaget berupaya menyelamatkan diri dengan berlari ke arah badan jalan. Naas suaminya Abdul Halim terjebak di dalam kebun. Meskipun sempat meminta tolong, ia sudah duluan menjadi bulan-bulanan gajah.

Warga yang mendatangi lokasi, menemukan Abdul Halim tewas dengan perut dan usus terburai. Diduga Gajah menusuk korban dengan gadingnya. Isteri korban yang berhasil selamat, sangat trauma dan berduka.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat Drs Mursalin Abdullah yang dikonfirmasi Serambinews.com, mengatakan warga Nagan Raya itu tewas diamuk gajah di kawasan pedalaman Kecamatan Meureubo. Korban bukan pertama akibat amukan Gaja. "Kita hanya memberikan bantuan masa panik kepada korban," ujarnya. (dedi)

Sumber Serambinews.com

Senin, 15 Agustus 2011

Warga Woyla Mulai Krisis Air Bersih

Pantai Barat - 8 August 2011

Meulaboh | Harian Aceh – Kemarau yang melanda Aceh Barat, selain mengganggu pada tanaman pertanian juga berdampak pada krisis air bersih di sejumlah Kecamatan di Aceh Barat. Di Kecamatan Woyla, sumber-sumber air mulai kering. Warga terpaksa mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari di sungai yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Samatiga.
Sulaiman, warga Suak Trieng, Kecamatan Woyla Minggu (7/8), mengatakan air sumur mereka sudah kering. “Kami terpaksa ambil air di sungai yang mencapai beberapa kilometer dari tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tiap hari saya harus ambil air dulu sebelum berangkat kerja selama bulan puasa ini,” katanya.
Untuk menghemat persediaan air di rumah, menurut Sulaiman, istri dan dua anaknya terpaksa lebih selektif mengunakan air. “Yang biasanya bisa mandi sepuas-puasnnya, sekarang harus dijatah satu jerigen per orang supaya irit,” tuturnya.
Hal yang sama juga dikatakan Iwan, warga Leuken, Kecamatan Samatiga. Sumurnya yang sudah kering, membuat dia dan keluarganya terpaksa membeli air isi ulang. “Tiap hari kami terpaksa mengambil air sungai hingga beberapa jerigen, meskipun air tersebut sebenarnya tak layak konsumsi namun hanya itu solusi bagi kami, masak dan air minum selain kebutuhan MCK. Maklum sumur betul-betul sudah kering,” jelasnya.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

Rabu, 10 Agustus 2011

6 Kecamatan Aceh Barat Tertinggal

THURSDAY, 28 JULY 2011 03:49

MEULABOH - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, mencatat dari 12 kecamatan di wilayah itu, enam di antaranya termasuk kawasan tertinggal, karena belum adanya sarana dan prasarana transportasi penghubung.

Asisten II Pemkab Aceh Barat, Hasan Abdullah, mengatakan akibat ketidakmampuan daerah, sehingga pemberantasan kawasan tertinggal hingga 2010 belum dapat dicapai.

"Berdasarkan data, ada enam kecamatan di Aceh Barat yang masih sanggat membutuhkan perhatian khusus dalam penanggulangan kemiskinan serta kesejahteraan rakyat," katanya, hari ini.

Disebutkan, Kecamatan Panton Reu, Sungai Mas, Woyla Timur, Woyla Barat, Merbo, termasuk Kecamatan Johan Pahlawan, ibukota daerah, masih ada sebagian desa yang belum mendapatkan kesetaraan di bidang kesehatan, pendidikan dan masih banyak angka kemiskinan.

Karena itu, melalui pengucuran dana Program Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal dan Khusus (P2DTK) oleh pemerintah pusat itu diharapkan tahun 2012 tidak ada lagi kawasan tertinggal di kabupaten itu.

Terhitung sejak tahun 2007 sampai 2011, Kabupaten Aceh Barat telah menghabiskan dana mencapai Rp71 miliar untuk melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan kawasan tertinggal di kawasan itu.

"Dari Rp71 miliar itu, Rp62 miliar dana APBN yang direalisasi melalui program PNPM-MPD, dan Rp8 miliar dana APBD melalui program pemberdayaan masyarakat desa terpencil telah kita habiskan dan kita berharap upaya ini tidak terputus," kata Hasan.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRK Aceh Barat, Abdul Kadir, menambahkan terlebih kawasan berjarak sekitar 70 km dari pusat kota, yakni Kecamatan Sunggai Mas, hingga kini belum mendapatkan suplai arus listrik.

Penanggulangan kemiskinan di Aceh Barat, menurutnya, bukan karena tidak adanya keseriusan pemda, akan tetapi benar terkendala oleh defisit anggaran yang hampir setiap tahun dirasakan pemerintah itu.

"Untung saja pemerintah pusat terus mengucurkan bantuan PNPM untuk daerah kita, karena memang selama ini prioritas pembangunan di Aceh Barat mengutamakan daerah yang padat penduduknya," katanya.

Menurut politisi Partai Golkar ini, strategi pembangunan ini harus dipadukan dengan aparat pemerintah kecamatan dan desa, tidak hanya dilakukan oleh pandangan konsultan managemen program, sehingga pencapaian tepat sasaran.

"Kita berharap saran-saran dari masyarakat terhadap pembanguan diikutsertakan, karena mereka lebih tahu apa yang tepat untuk pembangunan kawasan mereka, terutama arus listrik yang memang menjadi tolak ukur," ujarnya.


Sumber waspada.co.id

Pansus Rekomendasikan Stop Kegiatan PT PAAL

PT Beutami Harus Kembalikan Tanah Warga
Rabu, 13 Juli 2011 | 07:24

Meulaboh – DPRK Aceh Barat mengeluarkan rekomendasi, meminta PT PAAL untuk memberhetian oprasionalnya dalam bentuk kegiatan apapun di Hutan Aceh Barat, sebelum surat izin pengalihan status kawasan hutan turun dari Menteri Kehutanan di Jakarta. Demikian ditegaskan Ridwan MA, Ketua Pansus, kemarin.

Persentasi rapat hasil Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam Pakai Tanah PT. Beutami, digelar di DPRK Aceh Barat. Sedangkan terkait kisruh PT. Beutami, pansus DPRK juga merekomendasikan penyelesaian sengketa lahan persemean bibit kelapa sawit antara Masyarakat Teupin panah kecamatan kaway XVI, diselesaikan di lapangan secepat mungkin.

Berdasarkan surat perjanjian antara manajer PT. Beutami, Mahyudin dengan mantan Geuchik Desa Teupin Panah M. Yasin jelas mengurai perjanjian pinjam pakai selama lima tahun terhitung Tahun 2005 hingga Tahun 2010. “Jadi tanah painjam pakai seluas 100 hektar itu harus dikembalikan kembali kepada masyarakat,” kata Ramli SE, anggota Pansus.

Sementara itu, Geuchik Teupin Panah, kecamatan Kaway XVI, Hamdan menyambut baik dengan hasil rekomendasi yang dikeluarkan DPRK Aceh Barat. “Puas kami dengan kerja para anggota DPRK Aceh Barat, bearti mereka selama ini benar-benar bekerja dan menampung seluruh aspirasi warga,” kata Hamdan.

Puluhan perwakilan masyarakat dari kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Woyla juga ikut duduk dalam rapat tersebut guna mengawal hasil temuan agar disampaikan di dalam forum. Pertemuan itu dipimpin langsung Wakil Ketua DPRK Aceh Barat Masrijal, S.Si, dengan didampingi Ketua Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam pakai tanah PT. Beutami, Ridwan. MA.

Para anggota pansus juga terlihat aktif dalam rapat tersebut, yakni Ramli, SE, Bustanuddin, Ridwan.IB, H. Amri, Ilyas Yusuf, dan Murdani. Sementara unsur eksekutif diwakili oleh Asisten I Rusmahdi, S.H, juga Kepala Kantor Bandan Pertanahan Negara (BPN) Aceh Barat, Ir.Taftazani terlihat kosentrasi penuh dengan pemaparan temuan pansus. Sementara pihak PT. PAAL dihadiri oleh Hery, selaku humas perusahan sawit tersebut, guna mengetahui secara pasti rekomenadasi DPRK terhadap perusahan mereka. (den)
Sumber Rakyataceh.com

Selasa, 09 Agustus 2011

Aceh Barat Usulkan 8.315 Ha Transmigrasi

15 July 2011
Meulaboh – Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada 2012 mengusulkan 8.315 hektare areal pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi untuk menempatkan dua ribu kepala keluarga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinsosnakertrans Kabupaten Aceh Barat Faisal di Meulaboh, Kamis menyatakan, data yang diajukan tersebut akan disampaikan pada 18 Juli 2011 ini kepada Departemen Sosial dan Tenaga Kerja.
“Kita belum tahu apakah ini nanti disetujui, karena berdasarkan tahun lalu, hanya seperempat yang diterima, sehingga tahun ini kita mencoba ajukan kembali deprogram pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi melalui dana APBN,” katanya.
Untuk tahun ini tiga desa yakni Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, telah mengajukan 2.000 Ha, Desa Suak Bidok, Kecamatan Arongan, 180 Ha, dan Antong, Kecamatan Woyla Induk, mengajukan 215 Ha sebagai lokasi transmigran.
Tahun 2011, pengajuan lokasi transmigrasi yang diusulkan sebanyak 300 KK, hanya 45 KK yang disetujui, dari 2.500 Ha luas area hanya 660 Ha yang dinyatakan layak untuk ditempati berdasarkan hasil survei tata ruang kabupaten.
Berbeda dengan tahun ini, Dinsosnakertrans memprioritaskan lokasinya tidak terisolir, sehingga perusahaan swasta yang berada di Kabupaten Aceh Barat dapat mendukung keberadaan mereka sebagai lahan ekonomi.
Karena hal ini juga merupakan program daerah yakni akan menjadikan pusat pertumbuhan ekonomi di dua kecamatan yakni Sungai Mas dan Woyla, akan diprioritaskan 80 persen merupakan transmigran lokal, katanya.
“Penempatan mereka ini nantinya akan didukung oleh perusahaan swasta, sehingga visi dan misi pemerintah nyambung, menggerakan pusat ekonomi di daerah pedalaman tidak lagi hanya berpusat di kota Meulaboh,” tambahnya.
Terkait peluang membuka usaha, kata Faisal, seluruh daerah yang diajukan tersebut memiliki ladang yang cocok dari segi perekonomian, terlebih usaha kebun karet dan kelapa sawit, setelah melalui sejumlah tahapaan, yakni kesepakatan dengan masyarakat setempat, turun tim tata ruang, SK pemerintahan.
“Jika ini telah dilalui barulah kita memprioritaskan, daerah mana yang dijadikan lokasi pengembangan kelapa sawit dan yang manapula lokasi pengembangan karet, karena dua komoditas ini sanggat berpotensi di daerah kita,” kata Faisal.ant

Sumber Harian Aceh.com

Minggu, 07 Agustus 2011

Buaya Kejutkan Warga Aceh Barat

WEDNESDAY, 29 JUNE 2011 21:14

MEULABOH- Seekor buaya (Crocodile) sejak sepekan ini sering muncul di sungai Woyla, sehingga mengejutkan masyarakat di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, dan mereka takut untuk mencari pasir.

Mustafa Ali (48), anggota Komunitas Masyarakat Siaga Bencana (KMPB) di Kecamatan Woyla Barat, Rabu menyatakan, buaya yang panjangnya sekitar lima meter itu sering muncul di sungai Woyla, sehingga warga yang ingin mencari ikan dan pasir merasa takut.

Ia menyatakan, kehadiran binatang buas ini hanya memperingati anak-anak di wilayah mereka agar menjauhi sungai yang berjarak 50 meter dari pemukiman mereka.

"Buaya di sini muncul apabila anak-anak di kampung kami sudah berlama-lama di sunggai untuk mandi, memancing dan mencuci, tapi dia sampai saat ini belum memangsa penduduk kami, hanya menakut-nakuti saja," kata Mustafa.

Dikatakan, tidak jarang masyarakat setempat kaget dengan munculnya buaya di tenggah sungai Woyla yang lebar sekitar 500 meter itu saat memancing mengunakan perahu kecil, bahkan ada yang menabrak binatang melata ini, akan tetapi dengan berbicara isyarat binatang buas yang dianggap menjaga sungai mereka itu menjauh.

"Kemarin ada tetangga saya menabrak dengan sampan buaya ini tapi tidak dianiaya, setelah terasa perahunya mengesek buaya itu, dia langsung bergegas pulang, karena ketakutan," tambahnya.

Disebutkan, pada Senin (27/6) petang, binatang ini muncul jelas di tengah pemukiman warga, sehingga masyarakat dan anak-anak desa setempat berbondong-bondong menyaksikan buaya sepanjang lima meter itu bersahaja di bawah jembatan pemukiman warga.

Sementara itu, Kepala Desa Blang Luah, Usman Yusuf menyatakan, setiap setahun sekali buaya yang bermain di wilayah mereka memangsa anak-anak, bahkan ada yang hilang tahun lalu ditarik buaya itu belum diketemukan jasadnya.

"Hampir setiap tahun memang ada korbannya, tapi tahun ini belum, yang diambil tahun lalu saja jasadnya hingga kini belum diketemukan, mungkin sudah ditelan habis mana mungkin diantarkan lagi," katanya.

Dipihak lain, Aan (18) remaja desa setempat menyatakan, yang muncul di sunggai Woyla itu merupakan sebagian, jelasnya warga setempat bahkan pernah melihat dua ekor lainnya termasuk buaya puntung yang lebih besar dan panjang juga berkeliaran di sunggai Woyla itu.

"Meraka akan muncul bila air jernih, karena anak-anak di sini tempat mandinya di sungai, kalau airnya sudah mulai keruh seperti saat ini mereka bersembunyi di tebing-tebing pinggiran sunggai," kata Aan.


Sumber waspada.co.id