Kamis, 08 September 2011

Kawasan Transmigrasi Baru Dibangun di Pante Ceureumen


Senin, 5 September 2011 09:00 WIBShare |


MEULABOH - Pemerintah Aceh melalui Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk, mulai bulan September ini melaksanakan pembangunan kawasan transmigrasi baru yang berlokasi di Desa Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

Pembangunan lokasi transmigrasi yang menelan dana mencapai Rp 3,4 miliar yang bersumber dari dana APBA tahun 2011 ini, nantinya akan ditempati oleh 45 kepala keluarga yang berasal dari masyarakat yang berada di sekitar kompleks transmigrasi.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Aceh Barat Drs Mursalin AbdullahAceh Bar kepada Serambi, Minggu (4/9) mengatakan, tujuan pembangunan lokasi transmigrasi baru itu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus pemberian lapangan kerja baru bagi warga.

Mengingat selama ini, salah satu cara peningkatan perekonomian masyarakat di wilayah itu, kata Mursalin, dengan cara pembukaan lokasi transmigrasi. Sehingga warga yang nantinya mendapatkan rumah, lahan perkebunan serta berbagai fasilitas itu mampu menghasilkan beraneka hasil pertanian, perkebunan, serta ternak guna menunjang perekonomian masyarakat.

Sedangkan alokasi anggaran sebesar Rp 3,4 milir tersebut, katanya, digunakan untuk penyelesaian rumah, sarana umum, dukungan transportasi (jalan) serta berbagai program lainnya. “Insya Allah, akhir tahun 2011 ini lokasi transmigrasi baru di Desa Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat bisa ditempati. Karena semua kebutuhan masyarakat sudah ditanggung pemerintah khususnya sarana di lokasi penempatan,” pungkas Mursalin Abdullah.(edi)

Sumber Serambinews.com

Jumat, 19 Agustus 2011

Diamuk Gajah, Seorang Warga Nagan Tewas

Isteri Korban Selamat
Kamis, 11 Agustus 2011 20:10

JEURAM - Abdul Halim (52) tewas dengan perut terburai setelah seekor gajah mengamuk di kebun karet kawasan Sumber Batu Kecamatan meureboh, Nagan Raya, Kamis (11/8).

Isteri korban Nur Hayati (45) yang berhasil selamat dari amukan "Poh Meurah" itu, menuturkan, sekitar pukul 08.00 wib dia bersama suami berada di kebun mereka kawasan Desa Sumber Batu,Kecamatan Meureubo, untuk menderes karet.

Abdul Halim, warga Desa Seumambek, Kecamatan Kuala, saat itu bersama isterinya sedang menderes karet. Tiba-tiba seekor gajah mengamuk dan mendatangi mereka. Nurhayati yang kaget berupaya menyelamatkan diri dengan berlari ke arah badan jalan. Naas suaminya Abdul Halim terjebak di dalam kebun. Meskipun sempat meminta tolong, ia sudah duluan menjadi bulan-bulanan gajah.

Warga yang mendatangi lokasi, menemukan Abdul Halim tewas dengan perut dan usus terburai. Diduga Gajah menusuk korban dengan gadingnya. Isteri korban yang berhasil selamat, sangat trauma dan berduka.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat Drs Mursalin Abdullah yang dikonfirmasi Serambinews.com, mengatakan warga Nagan Raya itu tewas diamuk gajah di kawasan pedalaman Kecamatan Meureubo. Korban bukan pertama akibat amukan Gaja. "Kita hanya memberikan bantuan masa panik kepada korban," ujarnya. (dedi)

Sumber Serambinews.com

Senin, 15 Agustus 2011

Warga Woyla Mulai Krisis Air Bersih

Pantai Barat - 8 August 2011

Meulaboh | Harian Aceh – Kemarau yang melanda Aceh Barat, selain mengganggu pada tanaman pertanian juga berdampak pada krisis air bersih di sejumlah Kecamatan di Aceh Barat. Di Kecamatan Woyla, sumber-sumber air mulai kering. Warga terpaksa mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari di sungai yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Samatiga.
Sulaiman, warga Suak Trieng, Kecamatan Woyla Minggu (7/8), mengatakan air sumur mereka sudah kering. “Kami terpaksa ambil air di sungai yang mencapai beberapa kilometer dari tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tiap hari saya harus ambil air dulu sebelum berangkat kerja selama bulan puasa ini,” katanya.
Untuk menghemat persediaan air di rumah, menurut Sulaiman, istri dan dua anaknya terpaksa lebih selektif mengunakan air. “Yang biasanya bisa mandi sepuas-puasnnya, sekarang harus dijatah satu jerigen per orang supaya irit,” tuturnya.
Hal yang sama juga dikatakan Iwan, warga Leuken, Kecamatan Samatiga. Sumurnya yang sudah kering, membuat dia dan keluarganya terpaksa membeli air isi ulang. “Tiap hari kami terpaksa mengambil air sungai hingga beberapa jerigen, meskipun air tersebut sebenarnya tak layak konsumsi namun hanya itu solusi bagi kami, masak dan air minum selain kebutuhan MCK. Maklum sumur betul-betul sudah kering,” jelasnya.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

Rabu, 10 Agustus 2011

6 Kecamatan Aceh Barat Tertinggal

THURSDAY, 28 JULY 2011 03:49

MEULABOH - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, mencatat dari 12 kecamatan di wilayah itu, enam di antaranya termasuk kawasan tertinggal, karena belum adanya sarana dan prasarana transportasi penghubung.

Asisten II Pemkab Aceh Barat, Hasan Abdullah, mengatakan akibat ketidakmampuan daerah, sehingga pemberantasan kawasan tertinggal hingga 2010 belum dapat dicapai.

"Berdasarkan data, ada enam kecamatan di Aceh Barat yang masih sanggat membutuhkan perhatian khusus dalam penanggulangan kemiskinan serta kesejahteraan rakyat," katanya, hari ini.

Disebutkan, Kecamatan Panton Reu, Sungai Mas, Woyla Timur, Woyla Barat, Merbo, termasuk Kecamatan Johan Pahlawan, ibukota daerah, masih ada sebagian desa yang belum mendapatkan kesetaraan di bidang kesehatan, pendidikan dan masih banyak angka kemiskinan.

Karena itu, melalui pengucuran dana Program Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal dan Khusus (P2DTK) oleh pemerintah pusat itu diharapkan tahun 2012 tidak ada lagi kawasan tertinggal di kabupaten itu.

Terhitung sejak tahun 2007 sampai 2011, Kabupaten Aceh Barat telah menghabiskan dana mencapai Rp71 miliar untuk melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan kawasan tertinggal di kawasan itu.

"Dari Rp71 miliar itu, Rp62 miliar dana APBN yang direalisasi melalui program PNPM-MPD, dan Rp8 miliar dana APBD melalui program pemberdayaan masyarakat desa terpencil telah kita habiskan dan kita berharap upaya ini tidak terputus," kata Hasan.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRK Aceh Barat, Abdul Kadir, menambahkan terlebih kawasan berjarak sekitar 70 km dari pusat kota, yakni Kecamatan Sunggai Mas, hingga kini belum mendapatkan suplai arus listrik.

Penanggulangan kemiskinan di Aceh Barat, menurutnya, bukan karena tidak adanya keseriusan pemda, akan tetapi benar terkendala oleh defisit anggaran yang hampir setiap tahun dirasakan pemerintah itu.

"Untung saja pemerintah pusat terus mengucurkan bantuan PNPM untuk daerah kita, karena memang selama ini prioritas pembangunan di Aceh Barat mengutamakan daerah yang padat penduduknya," katanya.

Menurut politisi Partai Golkar ini, strategi pembangunan ini harus dipadukan dengan aparat pemerintah kecamatan dan desa, tidak hanya dilakukan oleh pandangan konsultan managemen program, sehingga pencapaian tepat sasaran.

"Kita berharap saran-saran dari masyarakat terhadap pembanguan diikutsertakan, karena mereka lebih tahu apa yang tepat untuk pembangunan kawasan mereka, terutama arus listrik yang memang menjadi tolak ukur," ujarnya.


Sumber waspada.co.id

Pansus Rekomendasikan Stop Kegiatan PT PAAL

PT Beutami Harus Kembalikan Tanah Warga
Rabu, 13 Juli 2011 | 07:24

Meulaboh – DPRK Aceh Barat mengeluarkan rekomendasi, meminta PT PAAL untuk memberhetian oprasionalnya dalam bentuk kegiatan apapun di Hutan Aceh Barat, sebelum surat izin pengalihan status kawasan hutan turun dari Menteri Kehutanan di Jakarta. Demikian ditegaskan Ridwan MA, Ketua Pansus, kemarin.

Persentasi rapat hasil Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam Pakai Tanah PT. Beutami, digelar di DPRK Aceh Barat. Sedangkan terkait kisruh PT. Beutami, pansus DPRK juga merekomendasikan penyelesaian sengketa lahan persemean bibit kelapa sawit antara Masyarakat Teupin panah kecamatan kaway XVI, diselesaikan di lapangan secepat mungkin.

Berdasarkan surat perjanjian antara manajer PT. Beutami, Mahyudin dengan mantan Geuchik Desa Teupin Panah M. Yasin jelas mengurai perjanjian pinjam pakai selama lima tahun terhitung Tahun 2005 hingga Tahun 2010. “Jadi tanah painjam pakai seluas 100 hektar itu harus dikembalikan kembali kepada masyarakat,” kata Ramli SE, anggota Pansus.

Sementara itu, Geuchik Teupin Panah, kecamatan Kaway XVI, Hamdan menyambut baik dengan hasil rekomendasi yang dikeluarkan DPRK Aceh Barat. “Puas kami dengan kerja para anggota DPRK Aceh Barat, bearti mereka selama ini benar-benar bekerja dan menampung seluruh aspirasi warga,” kata Hamdan.

Puluhan perwakilan masyarakat dari kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Woyla juga ikut duduk dalam rapat tersebut guna mengawal hasil temuan agar disampaikan di dalam forum. Pertemuan itu dipimpin langsung Wakil Ketua DPRK Aceh Barat Masrijal, S.Si, dengan didampingi Ketua Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam pakai tanah PT. Beutami, Ridwan. MA.

Para anggota pansus juga terlihat aktif dalam rapat tersebut, yakni Ramli, SE, Bustanuddin, Ridwan.IB, H. Amri, Ilyas Yusuf, dan Murdani. Sementara unsur eksekutif diwakili oleh Asisten I Rusmahdi, S.H, juga Kepala Kantor Bandan Pertanahan Negara (BPN) Aceh Barat, Ir.Taftazani terlihat kosentrasi penuh dengan pemaparan temuan pansus. Sementara pihak PT. PAAL dihadiri oleh Hery, selaku humas perusahan sawit tersebut, guna mengetahui secara pasti rekomenadasi DPRK terhadap perusahan mereka. (den)
Sumber Rakyataceh.com

Selasa, 09 Agustus 2011

Aceh Barat Usulkan 8.315 Ha Transmigrasi

15 July 2011
Meulaboh – Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada 2012 mengusulkan 8.315 hektare areal pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi untuk menempatkan dua ribu kepala keluarga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinsosnakertrans Kabupaten Aceh Barat Faisal di Meulaboh, Kamis menyatakan, data yang diajukan tersebut akan disampaikan pada 18 Juli 2011 ini kepada Departemen Sosial dan Tenaga Kerja.
“Kita belum tahu apakah ini nanti disetujui, karena berdasarkan tahun lalu, hanya seperempat yang diterima, sehingga tahun ini kita mencoba ajukan kembali deprogram pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi melalui dana APBN,” katanya.
Untuk tahun ini tiga desa yakni Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, telah mengajukan 2.000 Ha, Desa Suak Bidok, Kecamatan Arongan, 180 Ha, dan Antong, Kecamatan Woyla Induk, mengajukan 215 Ha sebagai lokasi transmigran.
Tahun 2011, pengajuan lokasi transmigrasi yang diusulkan sebanyak 300 KK, hanya 45 KK yang disetujui, dari 2.500 Ha luas area hanya 660 Ha yang dinyatakan layak untuk ditempati berdasarkan hasil survei tata ruang kabupaten.
Berbeda dengan tahun ini, Dinsosnakertrans memprioritaskan lokasinya tidak terisolir, sehingga perusahaan swasta yang berada di Kabupaten Aceh Barat dapat mendukung keberadaan mereka sebagai lahan ekonomi.
Karena hal ini juga merupakan program daerah yakni akan menjadikan pusat pertumbuhan ekonomi di dua kecamatan yakni Sungai Mas dan Woyla, akan diprioritaskan 80 persen merupakan transmigran lokal, katanya.
“Penempatan mereka ini nantinya akan didukung oleh perusahaan swasta, sehingga visi dan misi pemerintah nyambung, menggerakan pusat ekonomi di daerah pedalaman tidak lagi hanya berpusat di kota Meulaboh,” tambahnya.
Terkait peluang membuka usaha, kata Faisal, seluruh daerah yang diajukan tersebut memiliki ladang yang cocok dari segi perekonomian, terlebih usaha kebun karet dan kelapa sawit, setelah melalui sejumlah tahapaan, yakni kesepakatan dengan masyarakat setempat, turun tim tata ruang, SK pemerintahan.
“Jika ini telah dilalui barulah kita memprioritaskan, daerah mana yang dijadikan lokasi pengembangan kelapa sawit dan yang manapula lokasi pengembangan karet, karena dua komoditas ini sanggat berpotensi di daerah kita,” kata Faisal.ant

Sumber Harian Aceh.com

Minggu, 07 Agustus 2011

Buaya Kejutkan Warga Aceh Barat

WEDNESDAY, 29 JUNE 2011 21:14

MEULABOH- Seekor buaya (Crocodile) sejak sepekan ini sering muncul di sungai Woyla, sehingga mengejutkan masyarakat di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, dan mereka takut untuk mencari pasir.

Mustafa Ali (48), anggota Komunitas Masyarakat Siaga Bencana (KMPB) di Kecamatan Woyla Barat, Rabu menyatakan, buaya yang panjangnya sekitar lima meter itu sering muncul di sungai Woyla, sehingga warga yang ingin mencari ikan dan pasir merasa takut.

Ia menyatakan, kehadiran binatang buas ini hanya memperingati anak-anak di wilayah mereka agar menjauhi sungai yang berjarak 50 meter dari pemukiman mereka.

"Buaya di sini muncul apabila anak-anak di kampung kami sudah berlama-lama di sunggai untuk mandi, memancing dan mencuci, tapi dia sampai saat ini belum memangsa penduduk kami, hanya menakut-nakuti saja," kata Mustafa.

Dikatakan, tidak jarang masyarakat setempat kaget dengan munculnya buaya di tenggah sungai Woyla yang lebar sekitar 500 meter itu saat memancing mengunakan perahu kecil, bahkan ada yang menabrak binatang melata ini, akan tetapi dengan berbicara isyarat binatang buas yang dianggap menjaga sungai mereka itu menjauh.

"Kemarin ada tetangga saya menabrak dengan sampan buaya ini tapi tidak dianiaya, setelah terasa perahunya mengesek buaya itu, dia langsung bergegas pulang, karena ketakutan," tambahnya.

Disebutkan, pada Senin (27/6) petang, binatang ini muncul jelas di tengah pemukiman warga, sehingga masyarakat dan anak-anak desa setempat berbondong-bondong menyaksikan buaya sepanjang lima meter itu bersahaja di bawah jembatan pemukiman warga.

Sementara itu, Kepala Desa Blang Luah, Usman Yusuf menyatakan, setiap setahun sekali buaya yang bermain di wilayah mereka memangsa anak-anak, bahkan ada yang hilang tahun lalu ditarik buaya itu belum diketemukan jasadnya.

"Hampir setiap tahun memang ada korbannya, tapi tahun ini belum, yang diambil tahun lalu saja jasadnya hingga kini belum diketemukan, mungkin sudah ditelan habis mana mungkin diantarkan lagi," katanya.

Dipihak lain, Aan (18) remaja desa setempat menyatakan, yang muncul di sunggai Woyla itu merupakan sebagian, jelasnya warga setempat bahkan pernah melihat dua ekor lainnya termasuk buaya puntung yang lebih besar dan panjang juga berkeliaran di sunggai Woyla itu.

"Meraka akan muncul bila air jernih, karena anak-anak di sini tempat mandinya di sungai, kalau airnya sudah mulai keruh seperti saat ini mereka bersembunyi di tebing-tebing pinggiran sunggai," kata Aan.


Sumber waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Penderes Karet Tangkap Macan

2 July 2011

Meulaboh Harian Aceh – Zulkifli (45) warga Gampong Ie Itam Baroh Kecamatan Woyla, yang sehari hari berprofesis ebagai penderes karet, Kamis (30/6) sekira pukul 9.00 WIB berhasil menangkap seekor macam dahan Sumatera (neofelis diardi) di perkebunan karet.
Penangkapan itu dilakukan bersama dua temannya Anwar dan M Raden. Sebelum berhasil mengamankan satwa liar itu, mereka mengaku sempat bergumul selama dua jam untuk bisa menaklukan macan dahan tersebut.
Zulkifli kepada wartawan mengatakan, saat ia menderes karet di kebunya, anjing yang selalu menemaninya ke hutan tiba-tiba mengong-gong bersamaan dengan itu ia mendengar suara raungan macan yang membuatnya terperanjat.
Seketika itu dua temanya yang juga penderes karet, Anwar Dan M Raden mencoba mendekati ke arah suara raungan itu, betapa mengejutkan mereka saat mendapatkan seekor macan sedang berhadapan dengan anjing pemburu milik Zulkifli bahkan anjing sempat terluka robek akibat diterkam macan.
Zulkifli mengaku ketakutan ketika mendengar raungan macan lainya di tengah hutan, bahkan M Raden dan Anwar menyebutkan itu adalah anak harimau sumatara yang selama ini meresahkan warga di Woyla, namun setelah dipastikan itu adalah macan dahan Sumatra dengan jenis betina yang hidup di daerah hutan rawa dan pengunungan.
Mereka bertiga berhasil menaklukan satwa liar sekitar pukul 11.00 WIB dengan mengunakan kain untuk menangkap macan dahan tersebut, meski anjing milik Zukifli menderita luka robek akibat digigit macan saat bergumul dalam semak belukar sebelum berhasil ditangkap.
Zulkifli dan dua temannya berhasil memboyong macan itu kerumahnya di Gampong Ie Itam Baroh, seketika itu juga kabar penangkapan harimau merebak yang membuat halaman rumah Zulkifli dipenuhi warga yang ingin menlihat langsung macan tersebut.
Selama ini di kawasan Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur merebak kabar ada tiga jenis harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) asal Aceh berkeliaran di hutan dalam tiga kecamatan itu.
Zulkifli menambahkan, ia bersama kawannya sengaja tidak melukai macan dahan itu, sebab macan dahan spesiesnya sudah langka di Aceh, ia akan mengasuh macan itu dengan memasukan dalam kerangkeng, namun jika ada yang mau membelinya dia bersama kawanya juga tidak keberatan untuk menjualnya.
Macan dahan itu memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran warna warni dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang telinga. Selain itu mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam.
Macan dahan adalah hewan nokturnal yang aktif berburu di malam hari. Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara pepohonan. Mangsa macan dahan terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran seperti kera, ular, mamalia kecil, burung, rusa. Macan dahan menggunakan lidahnya untuk membersihkan bulu-bulu sebelum memakan mangsanya. Karena hilangnya habitat hutan, populasi yang terus menyusut dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk diambil bulunya, konsumsi, dan obat-obatan tradisional di beberapa negara.(cwn)

Sumber harian Aceh.com

Selasa, 02 Agustus 2011

Aceh Barat Krisis Air Bersih

18 June 2011

Meulaboh|Harian Aceh – Kemarau panjang sejak satu bulan terakhir mengakibatkan ribuan warga di Kabupaten Aceh Barat mengalami krisis air bersih. Sumur milik warga mengalami kekeringan, sehingga warga sulit mendapatkan air bersih.
Arianto, warga Gampong Langung Kecamatan Meureubo, kepada wartawan, Jumat (17/6) menuturkan dalam sepekan terakhir sumur yang biasa dipakai untuk mendapatkan air mulai kering. ”Sumur kami sudah nampak alas sumur, tak ada lagi air, hanya keruh kalau kita timba,” katanya.
Hal serupa juga terjadi kecamatan lainnya, Bustami. Salah seorang warga Cot Lagan Kecamatan Woyla, mengatakan dalam beberapa hari terakhir sejumlah warga di desa itu terpaksa mengambil air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. “Meski air sungai tidak bersih dan bewarna kuning terpaksa kami ambil, karena tak ada solusi lain,” paparnya.
Menurut Bustami, selama ini tak ada solusi dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat guna mengantisipasi krisis air bersih di desanya. “Tak ada pihak PDAM yang datang kemari atau pun pihak lain yang membawa air bersih, meski pun hal ini selalu kami alami setiap musim kemarau” pungkas Bustami.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

Senin, 01 Agustus 2011

Gangguan Gajah Ambil Korban

THURSDAY, 02 JUNE 2011 21:10

MEULABOH - Gangguan gajah (Elephas maximus) yang meresahkan warga Kec. Pante Cereumen dan Kaway XVI Kab Aceh Barat sejak sepekan terakhir, akhirnya menelan korban. Alamsyah Bin Hamzah, 35, warga desa Alue BulohKec Kaway XVI menderita patah tulang pinggul setelah diserang mamalia berbelalai itu.

Selain menderita patah tulang pinggul, korban juga mengalami pembengkakan di pipi kiri, dan terpaksa menjalani perawatan di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh. Penyerangan terjadi saat korban bersama ayahnya menuju kebun karet di kawasan Calue, perbatasan Kab. Aceh Barat dan Nagan Raya. Namun di tengah perjalanan, tepatnya kawasan Gunung Tanoh Kuneng, korban yang mengendarai sepeda motor berpapasan dengan gajah.

“Karena berpapasan dengan gajah sepeda motor dihentikan anak saya. Jarak kami sekitar 20 meter dengan gajah. Tapi bukannya masuk ke dalam hutan, gajah langsung mengejar kami yang berada di atas sepeda motor,” kata M. Hamzah, 60.

Melihat gajah mulai marah, Alamsyah langsung melempar sepeda motornya di atas badan jalan dan lari ke kawasan perkebunan karet disekitar lokasi. Namun karena lokasi yang dipenuhi belukar diduga korban terjatuh dan diserang gajah yang diperkirakan berjenis kelamin jantan tersebut.

“Waktu itu saya sudah pasrah karena tidk tahu lari kemana. Sedang Alamsyah masuk kesemak disekitar kawasan berbukit. Saya sempat berteriak karena mendengar anak minta bantuan,”kata M Hamzah. M Hamzah mengatakan, mendengar teriakan, gajah sempat balik hendak menyerang dirinnya. Namun hal itu tidak terjadi setelah dirinya memberikan isyarat ke hewan tersebut.

“Saya bilang, apa tidak cukup kamu sudah celakakan anak saya,”kisah Hamzah pilu saat ditemui diruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Hamzah menyebutkan, setelah gajah pergi, ia langsung melihat kondisi anaknnya yang sudah tak berdaya didalam semak –semak dan langsung membawannya kerumah sakit. Beruntung, kata Hamzah, anaknya tidak sampai diinjak hewan berbelalai tersebut.

“Dia tidak diinjak tapi hanya dihempas oleh gajah, karena kalau diinjak kondisinya parah lagi,”kata Hamzah. Belum Mendapat Perhatian Rustam, 38 warga Alue Buloh mengatakan gangguan gajah sejak sepekan terakhir sangat meresahkan warga di Kec Kaway XVI. Namun kata Rustam belum ada upaya dari pihak terkait untuk menghalau gajah-gajah liar tersebut ke tengah hutan.

Menurutnya, selama ini warga hanya melakukan upaya-upaya tradisional untuk mengusir gajah, namun kondisi itu tidak bertahan lama, gajah kembali turun kepemukiman warga. Dikatakan, gajah tidak hanya merusak belum lahan pertanian warga tapi juga lumbung padi tempat penyimpanan hasil panen.

“Di kawasan tranmigrasi ada 100 rumah yang rusak tapi sampai sekarang tidak ada bantuan apapun. Sekarang warga resah saat hendak menuju kebun mereka. Harapan kami pihak terkait mengatasi ini agar tidak jatuh korban lagi,”pungkasnya.

Seperti diberitakan waspada sebelumnya, ganguan gajah juga terjadi di kecamatan Pante Cereumin Kab Aceh Barat. Menurut warga umumnya gajah turun dimalam hari memakan tanaman di kebun-kebun warga seperti pisang, Pinang dan Kelapa Sawit. Gajah juga merusak lumbung tempat penyimpanan padi warga.

Sumber Waspada.co.id

Warga Trauma Gangguan Gajah

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 16:11

MEULABOH - Setelah sempat diresahkan dengan gangguan Gajah sejak Jumat malam kemarin, intensitas gangguan Gajah di Desa Lango Kec. Pante Cereumen, Kab. Aceh Barat dilaporkan mulai mereda. Meski demikian warga mengaku masih cemas, karena hewan berbelalai itu masih berada di lokasi transmigrasi yang berjarak sekitar 2 km dari pemukiman.

“Sekarang sudah mulai tenang, karena saat malam hari Gajah tidak lagi masuk ke pemukiman. Tapi gajah masih bertahan di lokasi transmigrasi,” kata Sekretaris Desa Lango, T Jusmadi.

Menurut Jusmadi, jumlah hewan berbelali tersebut lebih dari satu ekor. Namun hanya satu ekor yang sempat masuk dan merusak lahan pertanian warga saat masuk ke pemukiman warga pada Jumat lalu. Sementara, beberapa ekor gajah hanya sampai di lokasi transmigrasi.

“Malam sebelumnya yang turun dan merusak hanya satu ekor, tapi setelah kami lihat ke lokasi transmigrasi ternyata di sana juga ada beberapa ekor gajah. Tapi jumlahnya tidak bisa saya pastikan, mungkin sekitar 5 ekor," katanya.

Hingga saat ini. kata Jusmadi, belum ada pihak dari instansi terkait yang datang untuk meninjau langsung lokasi gangguan gajah. Warga berharap pihak terkait segera mengatasi gangguan hewan tersebut karena dikhawatirkan akan kembali turun ke perkampungan warga.

“Sejak masuk pada jumat malam lalu, gajah memang tidak pernah masuk lagi, tapi sebagian besar warga masih cemas jika sewaktu-waktu hewan tersebut kembali masuk dan merusak tanaman mereka,” ujar T. Jusmadi.

Sumber : Waspada.co.id

Jumat, 29 Juli 2011

Gajah serang kebun warga

MONDAY, 30 MAY 2011 19:08

MEULABOH - Ratusan warga pedalaman di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, kini resah, karena gangguan gajah liar di kawasan itu semakin parah. Selain mengobrak-abrik sekitar 15 hektare (ha) kebun sawit warga, hewan berbelalai itu juga merusak sebuah gubuk yang difungsikan sebagai lumbung padi untuk menyimpan gabah yang baru dipanen.

Camat Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, M Nur Yasin, kemarin mengatakan, gajah yang mengganggu itu tidak banyak, melainkan hanya satu ekor. Tapi daya destruktifnya cukup tinggi dan masif. Dalam beberapa hari saja beraksi, gajah tunggal itu sudah mengobrak-abrik sekitar 15 ha kebun sawit warga di Desa Pulo Teungoh, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat.

Selain itu, gajah dewasa tersebut juga beraksi di Desa Lango, kecamatan yang sama, pada Kamis (27/5) lalu. Di sini, padi yang tersimpan di sebuah gubuk petani yang difungsikan sebagi lumbung padi pascapanen, ikut dilahapnya. Bahkan, gubuk tersebut dirusaknya. “Ini sebab, masyarakat di kawasan pedalaman itu semakin ketakutan. Apalagi letak desa dengan kawasan hutan tempat gajah itu hidup, sangat dekat,” ujar Camat M Nur Yasin.

Menurutnya, gangguan yang disebabkan gajah tunggal itu telah berulang kali terjadi. Warga pun sudah melakukan berbagai upaya agar gangguan satwa yang dilindungi itu segera berakhir. Akan tetapi, gangguannya terus berlanjut, sehingga masyarakat kian resah.

Camat mengaku sudah berulang-ulang menyurati instansi terkait supaya segera turun tangan mengatasi gangguan gajah di pedalaman Pante Ceureumen, Aceh Barat itu. Akan tetapi, hingga kini belum terlihat upaya apa pun ke arah sana.

“Mestinya pihak berwenang segera mengatasinya, jangan sampai kerugian dan keresahan warga bertambah, juga jangan sampai jatuh korban jiwa,” ujar Camat Nur Yasin penuh harap.

Sumber : waspada.co.id

Selasa, 12 Juli 2011

Tiga Raqan Aceh Barat Harus Dikonsultasikan ke Jakarta

Mon, May 9th 2011, 09:50

MEULABOH - DPRK Aceh Barat memutuskan menunda sidang paripurna sembilan rancangan qanun (raqan) yang semula dijadwalkan akan digelar pekan ini. Keputusan ini diambil karena tiga dari sembilan raqan itu harus dikonsultasikan kembali ke tiga kementrian terkait di Jakarta.

Anggota Badan Legislasi DPRK Aceh Barat, Ir T Risman kepada Serambi Minggu (8/5) menyebutkan, ketiga raqan yang harus dikonsultasikan kembali ke tiga kementrian di Jakarta adalah Raqan Tarif Pelabuhan Jetty bantuan Singapura di Suak Indrapuri Meulaboh, Raqan Tarif Penyeberangan Feri Meulaboh-Simeulue di Kuala Bubon, serta Raqan Tarif Umum Retribusi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah. “Ketiga raqan itu harus dikonsultasikan kembali ke Kementrian Perhubungan, Kemetrian Dalam Negeri, dan Kementrian Keuangan,” ujar Risman.

Menurut dia, langkah ini harus dilakukan karena saat dikonsultasikan ke Biro Hukum Pemerintah Aceh tak ada jawaban. Risman juga mengatakan, pihak Pemerintah Aceh akan mendampangi legislatif dan eksekutif Aceh Barat yang berangkat ke Jakarta untuk kepentingan tersebut, sehingga saat akan diparipurna tak menjadi masalah lagi. Dari hasil konfirmasi ke Jakarta tim ini akan bertemu dengan pihak terkait di tiga kementrian itu pada pekan depan.

“Sedangkan enam raqan lain sudah final pembahasan dan sudah mendapat persetujuan dari Pemerintah Aceh guna bisa disahkan. Setelah tiga raqan ini final maka langsung disahkan,” jelas politisi PAN ini.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Dishut Diminta Usut Penebangan Hutan

Sun, May 8th 2011, 09:00


Dua anggota DPRK Aceh Barat, Ibrahim dan Ramli memperlihatkan surat Kemenhut RI, yang memerintahkan Dinas Kehutanan mengusut soal penebangan secara besar-besaran hutan untuk areal PT PAAL di Aceh Barat, Jumat (6/5) SERAMBI-RIZWAN

MEULABOH - Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan Kementerian Kehutanan RI, telah memerintahkan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Aceh dan Kepala Dinas Kehutanan Aceh Barat untuk mengusut temuan DPRK Aceh Barat soal hutan. Sebelumnya, dewan melaporkan sejumlah lokasi hutan di Aceh Barat telah ditebang secara ilegal untuk areal perkebunan PT Prima Agro Aceh Lestari (PAAL) untk lahan perkebunan sawit.

Kadis Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat, T Helmi SP MM menjawab Serambi, Jumat (6/5) membenarkan bahwa pihaknya sudah membentuk tim yang akan turun ke lokasi sebagaimana yang dilaporkan itu.

“Tim kita turun pada Sabtu (7/5) ke lapanan atas surat bupati,” ujar Helmi seraya menyatakan laporan itu akan dilaporkan ke pimpinan serta selanjutnya juga akan disampaikan kepada Kementerian Kehutanan sebagaimana surat yang pernah diterimanya.

Dalam surat Kemenhut yang kopiannya diperoleh Serambi dinyatakan, memperhatikan surat DPRK Aceh Barat pada 25 Nopember 2010 dan surat Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan tanggal 23 Januari 2011 berisikan telah terjadi penebangan hutan secara besar-besaran secara ilegal yang dilakukan PT PAAL di Kecamatan Samatiga, Bubon, Arongan Lambalek, dan Woyla Barat, serta data di Kemenhut, bahwa perusahaan tersebut tidak mengajukan permohonan pelepasan hutan untuk perkebunan.

Karena itu, tulis surat ini, diminta Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Aceh dan Dinas Kehutanan Aceh Barat untuk melakukan pengumpulan keterangan dan bila laporan itu mengandung kebenaran dan adanya bukti yang cukup telah melawan hukum di bidang kehutanan agar diproses sesuai hukum.

Surat yang diteken Ir Raffles B Panjaitan Msc tersebut ditembuskan ke Gubernur Aceh, Dirjen PHKA di Jakarta, Kapolda Aceh, Kajati Aceh, Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan kawasan Hutan di Jakarta, Bupati Aceh Barat, dan Kapolres Aceh Barat.

Sementara itu, Sekretaris Komisi B DPRK Aceh Barat, Ibrahim Husen SE didampingi anggota, Ramli SE, mengatakan, pihaknya pernah menyurati Kemenhut agar diturunkan tim ke lapangan bahwa PT PAAL karena sejak tahun 2009 telah melakukan penebangan hutan secara besar-besaran secara ilegal dan merampas tanah milik rakyat.

Ibrahim mengatakan pihak DPRK siap menunjukkan lokasi hutan yang ditebang secara liar dan anehnya lagi perusahan perkebunan yang sejauh ini hanya baru izin prinsip sudah melakukan kegiatan di lapangan yakni membuka areal seluas 8.600 hektare. “Surat kita layangkan itu agar tim Kemenhut melihat langsung di lapangan dan segera menhentikan kegiatannya,” jelas Ibrahim.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 22 Juni 2011

Aceh Barat Butuh Industri Pengolah Karet

Thu, Apr 28th 2011, 07:51

MEULABOH-Pemkab Aceh Barat membutuhkan industri pengolahan karet untuk meningkatkan nilai tambah komoditas itu di daerah tersebut. “Hingga saat ini kami belum memiliki sebuah industri pengolahan karet yang mengolah karet produksi masyarakat sebagai bahan setengah jadi,” kata Wakil Bupati Aceh Barat Fuadri di Meulaboh, Rabu.

Hal itu disampaikan terkait belum adanya investor yang menanamkan sahamnya di sektor industi pengolahan karet di daerah tersebut. Dikatakannya, industri pengolahan karet tersebut sangat dibutuhkan dalam mendongkrak harga dan meningkatkan produksi komoditas itu di masa mendatang.

Disebutkannya, Kabupaten Aceh Barat memiliki luas lahan karet sekitar 25.000 hektare terdiri dari 20.000 hektare milik masyarakat dan 5.000 hektare milik swasta. Setiap tahunnya kabupaten tersebut menghasilkan sekitar 12.000 ton karet.

“Artinya, produksi yang dimiliki tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku bagi perusahaan pengolah yang akan beroperasi di Aceh Barat,” katanya.

Pihaknya terus berupaya untuk menghadirkan para investor agar bisa menanamkan modalnya di negeri Teuku Umar di sektor industri pengolohan karet. “Kita berharap akan ada para pengusaha yang melakukan investasi disektor perindustrusian disektor perkebunan terutama industri perkebunan,” katanya.

Dijelaskannya, produksi karet untuk wilayah pantai barat selayan yakni Nagan Raya, Aceh Barat dan Aceh Jaya memiliki produksi sekitar 20 ribu/tahun. “Kami optimistis dengan adanya perusahaan pengolahan akan meningkatkan nilai beli dari petani,” demikian Fuadri.(ant)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

332 Desa di Aceh Barat Rawan Bencana

Wed, Apr 20th 2011, 09:34

MEULABOH - Bupati Aceh Barat dalam urat Keputusan Nomor : 55a Tahun 2011 tanggal 22 Februari 2011 lalu, kini telah menetapkan 322 desa yang tersebar di 12 kecamatan di kabupaten itu sebagai desa yang rawan bencana.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Selasa (19/4) mengatakan, ke 212 desa atau 65,84 persen dari semua desa di Aceh Barat, itu merupakan desa yang sering dilanda banjir minimal setahun sekali.

“Bahkan ada desa yang banjir sampai tiga hingga empat kali dalam setahun seperti Napai, Pasi Masjid, Cot Amun, serta Alue Leuhob,” katanya. Menurutnya, desa yang menjadi langganan banjir perlu dipikirkan tempat evakuasi sementara yang permanen. Tempat tersebut jika tidak sedang banjir bisa digunakan untuk fasilitas umum seperti tempat pengajian.

Di sisi lain, kata Dadek, di Kabupaten Aceh Barat terdapat 27 desa atau 8,39 persen sebagai desa yang rawan terjadinya kebakaran lahan yang tersebar di lima kecamatan. Yaitu, Johan Pahlawan (3 desa), Samatiga (12 desa), Arongan (5 desa), dan Woyla Barat (7 desa).

Selain menerbitkan peta rawan bencana, katanya, Pemkab Aceh Barat juga telah menetapkan arah evakuasi, tempat penampungan sementara, gedung penyelamatan yang akan segera dilakukan sosialisasi bagi masyarakat, sehingga kesiap-siagaan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadinya bencana bisa terhindar dari musibah apalagi merenggut korban jiwa.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Aceh Barat Ganti Tiga Pejabat

Tue, Apr 19th 2011, 09:42

MEULABOH-Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Senin (18/4) kemarin memutasi 16 pejabat yang terdiri dari eselon II, III dan IV. Acara dipimpin Sekdakab Bukhari MM berlangsung di aula Setdakabsetempat.

Adapun pejabat yang diganti dari jabatannya itu masing-masing, Asisten II bidang Keistimewaan Aceh dan Ekobang, Drs Adami Umar MPd digantikan oleh Drs Hasan Abdullah yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala BPM setempat.

Kepala Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP), Ulul Izmi SP digantikan oleh Ir T Zainal Abidin MT yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan, serta staf ahli bupati bidang keistimewaan Aceh, T Usman Basyah SH digantikan oleh Arifin Yahya SH, yang sebelumnya menjabat sebagai Kabag Pemerintahan Umum Setdakab Aceh Barat.

Posisi yang ditinggalkan oleh Hasan Abdullah selaku Kepala BPM Aceh Barat diisi oleh Drs Hasballah yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Syariat Islam dan Pemberdayaan Dayah, dan jabatan Kadis Syariat Islam diisi oleh Drs Zainuddin sebelumnya Kabid Pengembangan SDM Syariat Islam.

Kemudian Kabid Sosial pada Dinsosnakertrasn, Hamdani dipromosikan menjadi Camat Panton Reue, dan jabatan yang ditinggalkan itu digantikan oleh Syamsul Bahri yang sebelumnya menjabat sebagai Camat Panton Reue. Kemudian Drs Saiful TH MM dilantik menjadi Kabag Pemerintahan Umum Setdakab dari jabatan sebelumnya sebagai staf di Bagian Kepegawaian.

Drs T Samsul Alam MA selaku Kabag Keistimewaan dan Kesra Setdakab dilantik sebagai Sekretaris Diskominfo, dan jabatan yang ditinggalkan itu diisi oleh Raja Sayang SE, yang sebelumnya menjabat sebagai staf di BPM setempat. Indra Zulhan SH dilantik sebagai Kasubag Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat pada KPUD, Cut Didi Yanti BSc selaku Kasubag Informasi pada Bagian Humas setdakab dilantik sebagai Kasubag Umum dan Kesra pada Bagian Kepegawaian setempat dan jabatan yang ditinggalkan itu diisi oleh Drs Syamsul Bahri selaku staf Bagian Umum dan Perlengkapan Setdakab Aceh Barat.

Dalam sambutannya, Bupati Aceh Barat H Ramli MS yang dibacakan oleh Plt Sekda Bukhari MM mengatakan mutasi yang dilakukan itu sebagai bentuk penyegaran dalam sebuah organisasi pemerintahan. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Juni 2011

Pertanyakan Asal-usul Kayu

Dishut Akan Panggil Pemilik Kilang
Sat, Apr 9th 2011, 08:56

MEULABOH - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat menyatakan sudah menjadwalkan akan memanggil seluruh pemilik kilang kayu yang selama ini beroperasi di wilayah itu. Pemanggilan dimaksudkan guna memastikan asal-usul kayu-kayu yang selama ini yang menjadi bahan baku mereka.

Menjawab Serambi, Jumat (8/4), Kadis Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat, T Helmi SP mengatakan, pihaknya sudah pernah menjadwalkan dalam pekan ini digelar pertemuan dengan sejumlah pemilik kilang kayu. Namun karena ada halangan sehingga diundur dan sudah dijadwalkan kembali dalam waktu dekat ini. “Kita akana duduk dan pertanyakan bahan baku yang selama ini mereka gunakan,” ujarnya.

Helmi menyatakan langkah ini juga dalam upaya mengetahui lebih pasti sehingga guna mencegah agar tidak ditebang secara liar terutama pada lokasi hutan lindung dan sejauh ini dari pengamatan tak ditebang di hutan lindung. Dengan adanya pertemuan itu akan diketahui lebih jelas terhadap informasi dan bila ditemukan bahan baku kayu ilegal akan ditindak sesuai hukum berlaku.

Sebelumnya saat meninjau lokasi banjir di Pante Ceureumen pekan lalu, anggota DPR Aceh asal Aceh Barat, H Fadli MA meminta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat melakukan penyelidikan terhadap munculnya kayu-kayu gelondongan di lokasi banjir sehingga menjadi jelas kayu dari mana, apakah dari pembalakan liar atau kayu dari mana.

Sebab selama ini, Aceh sudah jeda tebang sehingga patut dipertanyakan. “Apalagi di kawasan itu ada sejumlah kilang kayu sehingga kita pertanyakan bahan baku dari mana,” ujar Fadli.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 07 Juni 2011

Kepala Jembatan Ulee Raket Makin Amblas

* DPRA Minta BMCK Segera Memperbaiki
Wed, Apr 6th 2011, 08:39


embatan Ulee Rakeet di lintasan Meulaboh-Pante Ceureumen, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, terancam ambruk akibat erosi dan tergerus banjir yang melanda kawasan itu terjadi pekan lalu. Foto direkam Jumat (1/4). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Kepala jembatan (abutment) Ulee Raket yang berada di lintasan Meulaboh-Pante Ceureumen, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, kini semakin amblas ke sungai. Setelah sebelumnya diterjang banjir pada tahun 2010 lalu, jembatan penghubung yang berkontruksi rangka baja di kawasan pedalaman itu kembali diterjang banjir sehingga hanya menyisakan badan jalan sekitar dua meter saja, sedangkan sisanya amblas ke dalam sungai.

Akibatnya, lintasan provinsi yang selama ini dilintasi pengguna jalan itu kini semakin sulit dilalui dan dikhawatirkan akan putus total, dikarenakan hingga kini belum ada penanganan apapun oleh pihak terkait.

Camat Pante Ceureumen, Drs M Nur Yasin kepada Serambi, Selasa (5/4), mengaku longsor yang terjadi di abutment Jembatan Ulee Rakeet kini semakin memprihatinkan. Setiap hari abutment yang sebagian besar telah amblas ke dasar sungai itu permukaan tanahnya semakin turun dan ikut mengamblaskan permukaan abutment dan badan jalan lainnya.

Ia memprediksikan, apabila kerusakan abutment akibat longsor itu tak segera ditangani, maka dikhawatirkan 10.000 jiwa lebih masyarakat Pante Ceureumen akan terkurung. “Ini masalah serius yang harus segera ditangani Pemerintah Provinsi Aceh, karena kerusakan jembatan dan ruas jalan ini merupakan jalan provinsi. Dan sangat mengancam keselamatan pengguna jalan,” katanya.

Segera perbaiki
Sementara itu Wakil Ketua Komisi D DPR Aceh, Fadli MA meminta agar Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh segera memperbaiki kepala jembatan yang ambruk dihantam banjir tersebut. Pasalnya, bila terus dibiarkan akan berdampak putusnya hubungan transportasi antarkecamatan dan terkurungan ribuan masyarakat dari Kecamatan Pante Ceureumen.

“Kerusakan akibat ambruk itu semakin parah dan sejauh ini tak juga mendapat perhatian diperbaiki oleh Pemerintah Aceh, karena itu kita berharap bisa segera ditanggulangi,” ujar anggota DPRA asal Aceh Barat tersebut kepada Serambi, Senin (4/4) di Meulaboh.

Menurut politisi PPP ini, dari keterangan diperoleh dari Dinas Bina Marga Aceh Barat bahwa usulan perbaikan sudah pernah disampaikan ke Pemerintah Aceh saat ambruk beberapa bulan lalu yang juga akibat banjir. Selama ini ditangani darurat dengan batang pohon kelapa oleh Dinas Bina Marga Aceh Barat sambil menunggu ada bantuan dari Pemerintah Aceh. Namun musibah banjir pekan lalu kembali membuat ambruk sehingga kondisi kerusakan saat ini makin parah.

Karena itu, Fadli meminta BMCK bisa membantu perbaikan sehingga tidak terkesan pilih kasih dalam bantuan, apalagi ambruk jembatan itu akibat banjir yang seharusnya mendapat perhatian serius karena jembatan itu sebagai penghubung ribuan masayarakat Kecamatan Pante Ceureumen bila ingin ke Kota Meulaboh. “Kita khawatir bila tak ditangani segera dan jembatan putus masyarakat Pante Ceureumen akan terkurung,” jelas Fadli.(edi/riz)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Kerusakan Jalan Provinsi di Tiga Lintas Memprihatinkan

Tue, Apr 5th 2011, 08:29

MEULABOH-Anggota DPR Aceh menyatakan kesal terhadap banyaknya jalan provinsi/nasional di tiga lintas di wilayah Pantai Barat Aceh yang hingga kini kurang mendapat perhatian untuk diperbaiki sehingga kian memprihatinkan. Akibatnya masyarakat pengguna jalan mengeluh dan berharap diperbaiki sehingga tak makin parah.

Ketiga lintas itu adalah ruas jalan Meulaboh (Aceh Barat)-Calang (Aceh Jaya), ruas jalan Meulaboh (Aceh Barat)-Geumpang (Pidie), dan ruas jalan Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah). “Banyaknya kerusakan akibat kurang ada pemeliharaan,” ujar Wakil Ketua Komisi D DPR Aceh, H Fadli MA didampingi anggota komisi, Ali Murtala kepada Serambi, di Meulaboh, Senin (4/4).

Menurut anggota DPR Aceh asal pemilihan Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Nagan Raya, untuk jalan Calang-Meulaboh kerusakan di kawasan Kaye Lon dan Arongan Lambalek serta sejumlah titik lainnya, sedangkan lintas Meulaboh-Geumpang terutama paling parah adalah di kawasan Tutut dan Panton Reu sehingga pengguna jalan mengeluh dan berharap ada perbaikan.

Untuk jalan di lintas Jeuram-Takengon terutama di kawasan Beutong Nagan Raya yang baru-baru ini longsor sehingga penderitaan masyarakat makin parah. Karena itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas Bina Marga dan Cipta Karta (BMCK) Aceh untuk segera menanggalangi kerusakan ketiga ruas jalan provinsi/nasional tersebut.(riz)

SUmber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Sawah dan 4 Jembatan Rusak Akibat Banjir

Sun, Apr 3rd 2011, 09:47

MEULABOH - Seluas 483 hektare lahan persawahan di delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat hingga kini dilaporkan rusak parah, menyusul terjangan banjir luapan yang terjadi sejak Selasa (29/3) lalu di kawasan tersebut. tak hanya itu, banjir dengan ketinggian air mencapai 1-2 meter itu juga ikut merusak empat unit jembatan di empat kecamatan serta ikut merusak empat unit bangunan ruang belajar, serta berbagai fasilitas public lainnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Sabtu (2/4) kemarin mengatakan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana banjir itu telah menyebabkan berbagai kerugian di kalangan masyarakat setempat. “Kerusakan paling parah di sektor pertanian, yaitu sekitar 483 hektare lahan persawahan, yang sebagian besar siap panen,” katanya.

Dikatakannya, 30 hektare lahan perkebunan kacang milik warga di Kecamatan Pante Ceureumen ikut rusak, empat unit jembatan seluas 150 meter rusak parah, pengaman tebing di Desa Canggeh dan Lango Kecamatan Pante Ceureumen seluas 650 meter ikut amblas. “Kita berharap agar pemerintah provinsi segera menangani kerusakan akibat musibah tersebut,” pungkasnya.

Sementara itu, dari Aceh Jaya dilaporkan, banjir yang terjadi beberapa hari yang lalu, membuat puluhan para petani di Desa Tuwi Kayee, Kecamatan Panga, harus menjemur padi milik mereka, akibat basah terkena rendaman. Bahkan sebagian padi yang yang baru saja dipanen, juga tak bisa diselamatkan karena terbawa arus banjir.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten Aceh Jaya, Azahar kepada Serambi, kemarin mengatakan, kondisi banjir yang terjadi beberapa kecamatan di wilayah itu telah membuat masyarakat mengeluh akibat padi yang baru dipanen itu teremdam ikut terendam banjir. “Para petani terpaksa coba memanfaatkan kembali padi itu dengan cara menjemurnya,” katanya.

Banjir surut
Banjir yang melanda puluahan desa di Kecamatan Suro, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Singkil Utara dan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Sabtu (2/4) mulai surut. Kecuali di Kecamatan Singkil, genangan air masih terdapat di sujumlah titik, namun tidak mengganggu aktivitas warga.

Sejumlah warga, kemarin, tampak mulai membersihkan rumah dan mencuci perabotan yang sempat terendam banjir. Volume air sungai besar yang bermuara ke laut Singkil, yaitu Sungai Lae Cinendang dan Soraya jauh berkurang. Hujan yang menjadi penyebab utama banjir kemarin tampak turun sebentar dalam intensitas kecil.

Banjir telah menyebabkan kerusakan sejumlah sarana dan prasana di kawasan itu. Di Desa Solok, Gunung Meriah, derasnya air mengakibatkan talud jalan retak. Sawah di desa Sianjo-anjo yang berusia sebulan menjadi hitam pekat sebagian tercerabut dari akarnya. Sedangkan di Ujung Bawang, padi siap panen rata dengan tanah dan dipenuhi semak belukar.(edi/c45/c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 01 Juni 2011

Banjir Aceh Barat Sisakan Bongkahan Kayu

* Di Nagan Raya Mulai Surut
Sat, Apr 2nd 2011, 09:50

MEULABOH - Banjir yang melanda delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat beberapa hari lalu, menyisakan tumpukan bongkahan kayu di pemukiman warga. Setidaknya dua desa di Kecamatan Pante Ceureumen, masing-masing Desa Ketambang dan Pulo Teungoh, dipenuhi tumpukan bongkahan kayu. Camat Pante Ceureumen, M Nur Yasin kepada Serambi, Jumat (1/4) mengatakan, tumpukan kayu yang kini terdapat di pemukiman warga itu merupakan kayu yang dibawa banjir saat melanda kawasan itu beberapa hari lalu. Kayu-kayu yang berasal dari hutan itu sebelumnya sempat menutupi badan jalan. Namun kini telah dibersihkan oleh masyarakat setempat guna memperlancar arus transportasi.

“Kayu-kayu yang terdapat di pemukiman warga tersebut, kini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, termasuk untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat banjir,” kata Camat M Nur. Kerugian akibat banjir yang dialami masyarakat di wilayah itu hingga kini masih terus dilakukan pendataan. Sedangkan dampak lainnya yang ditimbulkan dari musibah tersebut yakni dua unit ruang belajar di sekolah dasar ikut ambruk akibat terjangan banjir.

Mulai surut
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut kepada Serambi, kemarin mengatakan, secara umum banjir yang sebelumnya melanda Kecamatan Darul Makmur, kini telah surut. Bantuan ke pemukiman warga yang sebelumnya tersendat, kata Abdurrani, kini telah berhasil dilakukan dan telah semuanya dibagikan kepada korban banjir. Masyarakat juga sudah mulai beraktivitas seperti biasanya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 26 Mei 2011

Banjir Meluas di Aceh Barat

* 100 Desa Terendam, Pengungsi Capai 7.291 Jiwa
Thu, Mar 31st 2011, 10:39


Warga melewati genangan banjir di kawasan Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat, Rabu (30/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Hujan deras disertai meluapnya sejumlah sungai besar di wilayah barat-selatan Aceh menyebabkan beberapa kawasan terendam, bahkan di Aceh Barat cakupan bencana dilaporkan meluas hingga mencapai 100 desa yang tersebar dalam delapan kecamatan. Hingga pukul 21.00 WIB tadi malam, pengungsi korban banjir luapan di Aceh Barat dilaporkan sudah mencapai 7.291 jiwa dan terus bertambah.

Banjir luapan di Aceh Barat terjadi sejak Selasa (29/3) malam dengan cakupan masih terbatas pada beberapa desa di Kecamatan Pante Ceureumen. Namun luapan sejumlah sungai besar terus meningkat sehingga tujuh kecamatan lainnya, yaitu Panton Reue, Woyla Barat, Woyla Timur, Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, Meureubo, dan Kaway XVI menjadi sasaran.

Data sementara hingga tadi malam, tidak kurang 100 desa yang tersebar dalam delapan kecamatan itu terendam. Jumlah pengungsi sudah mencapai 7.291 jiwa. Sedangkan jumlah korban banjir seluruhnya--termasuk yang masih terkurung--diperkirakan mencapai 27.478 jiwa atau sekitar 5.447 kepala keluarga (KK).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi tadi malam melaporkan, ketinggian air rata-rata yang merendam 100 desa dalam delapan kecamatan berkisar antara 1-2,5 meter. “Warga tak mungkin lagi bertahan, sehingga gelombang pengungsian tek terbendung,” kata Dadek.

Pihak BPBD Aceh Barat masih terus mendata jumlah korban banjir maupun pengungsi karena ada kecenderungan bertambah seiring semakin meluasnya cakupan banjir.

Untuk menanggulangi kebutuhan masa darurat untuk korban bencana, pihak BPBD bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah membuka dapur umum pada titik-titik tertentu seperti di Kecamatan Woyla Barat dan Johan Pahlawan. Sedangkan untuk mengevakuasi korban banjir dan masyarakat yang terkurung, telah diturunkan tim relawan dengan kekuatan empat unit mobil beserta dua perahu karet. Evakuasi melibatkan tim SAR, Meulaboh Rescue, serta Tagana. Pemkab Aceh Barat juga telah menerima bantuan dari Dinas Sosial Aceh berupa pakaian (daster) dan telur 10.000 butir.

Pada Rabu kemarin Bupati Aceh Barat, H Ramli MS mengunjungi korban banjir di Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat. Menurut Ramli, banjir juga telah mengambrukkan sebuah rumah di Kecamatan Panton Reue. “Kami minta pihak provinsi terus memberikan bantuan, karena bencana ini tak mampu ditangani pihak kabupaten saja,” kata Ramli.

Dalam rangkaian peninjauan titik-titik banjir di kawasan pedalaman Aceh Barat, Bupati Ramli menggunakan perahu dan perahu yang digunakan Bupati Ramli bersama wartawan dan seorang pejabat di jajarannya, pada Rabu siang kemarin sempat terbalik namun tak berakibat fatal.

Kabag Humas Setdakab Aceh Barat, M Amin SH mengatakan, sejumlah lembaga pendidikan di kecamatan yang terkena banjir terpaksa menghentikan aktivitas.

Banjir juga mengepung sejumlah kawasan di Kabupaten Nagan Raya, seperti desa-desa di Kecamatan Darul Makmur dan Tadu Raya. “Ketinggian air di titik-titik tertentu mencapai satu meter. Aktivitas warga terhenti, termasuk sekolah,” kata staf Humas Setdakab Nagan Raya, Zulkifli Jarid, tadi malam.

Aceh Jaya
Di Kabupaten Aceh Jaya, banjir merendam belasan desa di Kecamatan Teunom, Panga, Krueng Sabe, dan Sampoiniet. Banjir luapan itu menerjang sejak menjelang tengah malam, Selasa (29/3) dan masih mengepung hingga menjelang sore kemarin dengan ketinggian air antara 70 cm hingga satu meter.

Di Kecamatan Panga, setidaknya ada enam desa yang terendam, yaitu Panton Krueng, Gampong Harapan, Kuta Tuha, Batee Meutudong, Gunong Buloh, Babah Ceupan, dan Tuwi Kareung. “Ada sekitar 800 KK (3.000 jiwa) di keenam desa tersebut,” kata Camat Panga, Ichwan SSos.

Di Kecamatan Krueng Sabee, data sementara hingga sore kemarin, desa-desa yang terendam di antaranya Buntha, Panggong, Ranto Panjang, Alue Tho, Curek, Monmata, Keude Krueng Sabee dan Paya Seumantok. Dari 764 KK (2.568 jiwa) yang tersebar dalam delapan desa tersebut, sebagian besar di antaranya sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau menumpang di rumah-rumah famili. “Ketinggian air rata-rata 50 cm hingga 1,5 meter,” kata Camat Krueng Sabee, Mawardi M Ali.

Sedangkan di Teunom, desa-desa langganan banjir kembali mengalami musibah, yaitu Rambong Payong, Pasi Pawang, Pasi Geulima, Pasi Tulak Bala, Paya Baro, dan Gampong Baro. Ekses lainnya, arus transportasi di jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh di Desa Gampong Baro, Kecamatan Teunom sejak pagi kemarin terganggu karena badan jalan terendam. “Kendaraan roda empat seperti L-300 harus didorong oleh masyarakat dengan jasa sekitar Rp 30.000 hingga Rp 50.000/mobil, sedangkan kendaraan roda dua diseberangkan dengan becak dengan tarif Rp 15.000/kendaraan,” kata Camat Teunom, Thaharuddin.

Banjir yang menerjang Aceh Jaya kali ini juga merendam Desa Alue Groe di Kecamatan Sampoiniet. Namun hingga sore kemarin, dari seluruh kawasan yang terendam di Kabupaten Aceh Jaya, belum ada laporan korban jiwa. “Meski demikian kita imbau warga tetap waspada,” kata Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Molitas Penduduk Aceh Jaya, Azhar.

Menurut Azhar, dari empat kecamatan di wilayahnya yang terendam banjir luapan, ada 20 desa yang terimbas. Bahkan, di Kecamatan Panga, sebagian gabah hasil panen terendam karena luapan terjadi sangat cepat. Sekitar pukul 15.00 WIB kemarin, genangan berangsur surut dan beberapa ruas jalan mulai normal.

Singkil
Di Kabupaten Aceh Singkil, ratusan rumah dan fasilitas umum lainnya termasuk areal pertanian terendam banjir luapan sejak Rabu (30/3) dini hari. Pantauan Serambi, banjir terparah menggenangi kawasan Handel dan Solok, Kecamatan Gunung Meriah. Juga Rantau Gedang dan Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil. Di kawasan itu ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa. “Sebagain warga sudah mengungsi,” kata seorang warga setempat, Irwan.

Banjir juga merendam jalan Gunung Meriah menuju Singkohor dan Kota Baharu. Ketinggian air di jalan lebih selutut orang dewasa. Pengendara sepeda motor tidak bisa melintas. Luapan juga merendam ratusan hektare sawah di pinggiran sungai.

Kepala Bagian Produksi Dinas Pertanian Aceh Singkil, Kuatno mengatakan, pendataan sementara luas sawah yang terendam 175 hektare, terbanyak di Kecamatan Simpang Kanan.

Aceh Selatan
Dari Tapaktuan dilaporkan, banjir luapan yang melanda desa-desa di Kecamatan Kota Bahagia sejak Selasa (29/3) berangsur surut. Namun belasan rumah di Desa Beutong, hingga Rabu siang masih terendam. “Alhamdulillah, genangan air sudah mulai surut,” kata Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid.

Menurut Rasyid dibenarkan Wakil Ketua DPRK Aceh Selatan, Khaidir Amin, Desa Beutong dan sekitarnya sangat rawan banjir, bahkan bisa mencapai tiga kali setahun. Ini disebabkan kurang berfungsinya saluran pembuang sehubungan makin dangkalnya Krueng Beutong.

Lhokseumawe
Hujan lebat bukan hanya mengguyur wilayah barat-selatan Aceh tetapi juga kawasan utara, termasuk Kota Lhokseumawe.Hujan yang mengguyur Kota Lhokseumawe selama dua jam sejak pukul 19.30 WIB tadi malam menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang sebatas lutut, seperti Jalan T Chik Ditiro, Samudera, Pulo Baroh, Teuku Umar, dan Malikussaleh.

Bahkan di kawasan Lancang Garam, banjir genangan masuk ke rumah-rumah penduduk. Musibah serupa juga dialami masyarakat Desa Kampung Keuramat, Kampung Cina, Tumpok Teungoh, Hagu, dan sejumlah desa lainnya. “Harus ada solusi secepatnya untuk mengatasi masalah rutin ini,” kata Ketua Kadin Lhokseumawe, H Husaini Setiawan, menyikapi persoalan banjir genangan tersebut.(edi/c45/az/c39/ib)

Sumber : Serambinews.com

Banjir Luapan Landa Pedalaman Aceh Barat

* Seribuan Warga Mengungsi
Wed, Mar 30th 2011, 10:48


Bupati Aceh Barat, Ramli MS (kiri) berada di salah satu titik pengungsian korban banjir di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Selasa (29/3) malam. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Enam desa di pedalaman Kabupaten Aceh Barat, yaitu Cangge, Lawet, Lango, Pulo Teungoh, Manjeng, Seumantok, dan Ketambang, Kecamatan Pante Ceureumen, tadi malam disapu banjir luapan. Seribuan warga mengungsi bahkan tak sedikit yang masih terkurung di rumah atau di atas pohon. Belum ada laporan korban jiwa, namun tujuh sepeda motor hanyut diterjang arus.

Banjir tak ubahnya air bah itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB setelah hujan deras mengguyur sejak lima hari terakhir menyebabkan Krueng Pante yang melintasi keenam desa itu meluap. “Luapannya sangat deras menyapu permukiman. Masyarakat panik luar biasa dan berlarian sambil menyelamatkan anggota keluarga masing-masing,” lapor Abdul Hamid, seorang warga Pante Ceureumen yang dihubungi Serambi sekitar pukul 21.00 WIB tadi malam.

Akibat cepatnya luapan, tak sedikit masyarakat yang terjebak di rumah masing-masing bahkan ada yang memanjat ke pohon untuk menyelamatkan diri. “Ini musibah terbesar selama beberapa tahun terakhir,” kata warga lainnya, Teuku Revandi Johas.

Teuku Revandi menginformasikan, selain merendam permukiman dengan ketinggian air berkisar antara 1,5-2 meter, sebanyak tujuh unit sepeda motor milik warga setempat yang sedang melintas hanyut terbawa arus. “Malam ini kami berada di pengungsian,” ujar Revandi melalui saluran telepon selular.

Camat Pante Ceureumen, M Nur Yasin yang dihubungi Serambi menyebutkan perkiraan jumlah warga yang mengungsi akibat musibah itu mencapai seribuan orang. “Kita masih terus mendata jumlah pastinya, termasuk warga yang masih terkurung,” kata M Nur.

Titik-titik pengungsian korban banjir dari keenam desa tersebut, menurut Camat M Nur, antara lain masjid serta beberapa sekolah. “Kebanyakan yang mengungsi kaum perempuan dan anak-anak. Untuk sementara ada yang tidur di lantai karena kondisi yang masih sangat darurat. Kami sudah laporkan bencana ini ke kabupaten,” katanya.

Kabag Humas Setdakab Aceh Barat Muhammad Amin SH mengatakan, setelah menerima laporan terjadinya bencana di Pante Ceureumen, pemkab terus berupaya mengumpulkan bantuan dan relawan bersama petugas terkait untuk diterjunkan ke lokasi untuk melakukan penanggulangan keadaan darurat, termasuk distribusi bantuan. “Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinsosnakertrans dan BPBD untuk menyalurkan bantuan makanan serta kebutuhan darurat lainnya,” demikian Muhammad Amin.

Wilayah selatan
Hujan lebat disertai angin kencang dilaporkan masih melanda wilayah selatan Aceh, mulai dari Kabupaten Abdya hingga Aceh Selatan. Aktivitas warga terganggu, puluhan rumah terendam. Bahkan di Kabupaten Aceh Singkil, badai belum juga ada tanda-tanda mereda.

Di Kabupaten Aceh Selatan, hujan deras yang menggutur sejak Minggu (27/3) mengakibatkan Krueng Beutong di Kecamatan Kota Bahagia meluap mengakibatkan puluhan rumah di Desa Beutong dan Jambo Keupuk terendam.

Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid kepada Serambi, Selasa (29/3) mengatakan, banjir luapan Krueng Beutong mulai merendam rumah penduduk pada Selasa subuh sekitar pukul 04.00 WIB. Ketinggian air rata-rata mencapai 50 cm.

Luapan Krueng Beutong yang bermuara ke Krueng Bakongan itu juga merendam badan jalan menyebabkan jalur darat dari Desa Beutong ke Seuneubok Keranji sulit dilintasi kendaraan bermotor.

Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Trumon Tengah, Aceh Selatan, Drs Muhammad Zain melaporkan, hujan deras juga mengguyur wilayahnya. Meski belum ada rumah yang terendam, namun warga tetap siaga. “Ketinggian permukaan air sungai Krueng Gelombang yang merupakan muara Sungai Alas, Aceh Tenggara semakin mengkhawatirkan,” kata Zain.

Hujan lebat disertai angin kencang juga melanda wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) hingga Selasa sore kemarin. Masyarakat yang bermukim di kawasan rawan banjir semakin meningkatkan kewaspadaan karena khawatir terjadi banjir luapan. “Cuaca masih tetap memburuk, aktivitas masyarakat terganggu,” kata Nasruddin, seorang warga Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee, kepada Serambi, kemarin.

Badai belum reda
Badai yang menerjang laut Singkil, hingga Selasa (29/3) belum reda sehingga sejak empat hari terakhir aktivitas nelayan lumpuh total. Selain badai, hujan dengan intensitas sedang juga terus mengguyur menyebabkan beberapa daerah langganan banjir mulai tergenang.

Sedangkan di wilayah utara Aceh, cuaca buruk juga masih melanda Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menyebabkan nelayan di kedua daerah itu belum berani melaut. Ratusan boat dilabuh di dermaga TPI Pusong dan Kuala Keureutoe, Meuraksa, Bayu, Kuala Cangkoi, Seunuddon dan Kuala Jambo Aye. “Kami imbau nelayan agar tetap menahan diri untuk tidak melaut dalam kondisi cuaca buruk begini. Bahkan pencarian seorang korban hilang, yaitu nelayan dari Buluka Teubai, belum bisa dilakukan oleh tim SAR karena gelombang tinggi dan hujan deras,” demikian M Yusuf Sulaiman.

Boat tenggelam
Dari Bireuen dilaporkan, sebuah boat pancing milik M Yunus Saleh (65), warga Desa Meunasah Blang, Kecamatan Jeunieb tenggelam diterjang ombak saat hendak melaut, Selasa (29/3). Musibah itu terjadi di Kuala Jeunieb, tepatnya di Desa Lancang, sekitar pukul 17.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Kejadian itu berawal ketika M Yunus bersama anaknya, Zulfikar (31) hendak melaut. Namun ketika mereka baru keluar dari mulut kuala, tiba-tiba datang ombak besar dan langsung menghantam boat mereka. Akibatnya boat milik nelayan miskin itu hancur terbelah dua dan tenggelam. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 22 juta.(edi/az/tz/c39/ib/c38)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

Penebangan Hutan di Aceh Barat di Lahan Bekas HPH

Mon, Mar 28th 2011, 08:55

MEULABOH - Penebangan hutan yang dilakukan masyarakat di kawasan pedalaman di Kabupaten Aceh Barat, hingga kini dilakukan di lahan bekas Hak Penggarapan Hutan (HPH) milik perusahaan perkebunan yang kini tak lagi beroperasi, sehingga lahan dimaksud kini telah menjadi milik rakyat dan sama sekali tak melakukan penebangan di kawasan hutan lindung.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Aceh Barat T Helmi menjawab Serambi, Jumat (25/3) sore menanggapi masih maraknya penebangan hutan di kawasan itu oleh masyarakat, sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan.

“Penebangan hutan ini sama sekali tak berada di lahan hutan negara, karena dilakukan warga di lahan bekas perusahaan penebangan hutan dan kini telah menjadi hutan rakyat yang digunakan masyarakat,” katanya.

Menurut T Helmi, berdasarkan keterangan yang diperoleh dirinya pada petugas Polhut yang bertugas, kayu yang dipotong atau ditebang oleh masyarakat itu merupakan kayu yang berada di lahan bekas HPH dan hanya digunakan untuk pembangunan rumah atau kebutuhan masyarakat lainnya.

Bahkan ia menegaskan bahwa saat ini penebangan hutan lindung atau kawasan hutan yang dilarang oleh negara, sama sekali belum ditemukan adanya kasus tersebut oleh pihak Dishutbun Aceh Barat. sehingga pihaknya belum bisa mengambil tindakan apapun terhadap hal itu. “Namun apabila kami menemukan adanya pelanggaran terhadap penebangan hutan itu, maka tetap akan diambil tindakan tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” pungkasnya T Helmi.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Gubernur Diminta Bentuk Satgas Reaksi Cepat

Mon, Mar 28th 2011, 08:29
* Atasi Longsor di Lintas Barat-Selatan Aceh

MEULABOH - Gubernur Aceh diminta segera membentuk Satuan Petugas (Satgas) Reaksi Cepat guna ditempatkan di sejumlah titik yang rawan longsor di sepanjang lintasan Meulaboh-Calang-Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, serta kawasan Gunung Kapur di Kabupaten Aceh Selatan, dan di Kabupaten Aceh Singkil.

Pasalnya kawasan-kawasan tersebut tergolong rawan terjadinya musibah longsor serta kerusakan badan jalan akibat terjangan banjir, sehingga kerap menyebabkan terhentinya arus lalulintas dan berdampak buruk pada aktivitas masyarakat.

Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan Aceh, TAF Haikal kepada sejumlah wartawan di Meulaboh, Minggu (27/3), mengatakan, desakan pembentukan Satgas yang akan menangani setiap kejadian di jalan raya khususnya musibah longsor, rusaknya badan jalan, atau jembatan, merupakan suatu hal yang mendesak dan harus dilakukan.

Mengingat selama ini, kata Haikal, hampir setiap bulan lintasan badan jalan di kawasan pantai barat selatan Aceh itu kerap menimbulkan berbagai persoalan khususnya di jalan raya. Sehingga dengan adanya pembentukan Satgas itu semua persoalan yang terjadi bisa segera ditangani.

“Kalau tim Satgas ini dibentuk, saya rasa semua masalah longsor atau hambatan di jalan raya pasti segera teratasi. Karena topografi jalan raya di kawasan pantai barat-selatan Aceh ini sangat curam dan rawan longsor,” katanya.

Ia mengatakan, pembentukan Satgas itu juga sangat mendesak dilakukan dan segera ditempatkan di lintasan Meulaboh-Medan khususnya kawasan Gunung Kapur, Kabupaten Aceh Selatan serta kawasan jalan provinsi lainnya di Kabupaten Aceh Singkil yang rawan longsor. Sehingga aktivitas pengiriman barang dan aktivitas masyarakat tak terganggu.

Haikal mengaku telah menyampaikan usulan pembentukan tim Satgas itu kepada Gubernur Aceh melalui Sekda Teuku Setia Budi. Akan tetapi hingga kini hal itu sama sekali belum terealisasi. Ia berharap, pembentukan Satgas itu bisa segera dibentuk guna menghindari persoalan serupa seperti yang selama ini kerap terjadi di lintas pantai barat-selatan Aceh.(edi/c45)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Banleg DPRK Aceh Barat Bahas Delapan Raqan

Fri, Mar 18th 2011, 08:47

MEULABOH - Badan Legislislasi (Banleg) DPRK Aceh Barat membahas delapan rancagan qanun (Raqan) yang diserahkan eksekutif. Pembahasan yang berakhir Rabu (16/3) merupakan prapembahasan dan selanjutnya akan dibawa ke Pemerintah Aceh guna dikoordinasikan kembali.

Wakil Ketua Banleg, Bustan Ali didampingi anggota, Barnawi, kepada Serambi, kemarin menjelaskan, delapan Raqan yang sudah dibahas guna dibawa ke Banda Aceh adalah Raqan tentang pajak daerah, aqan retribusi izin trayek, Raqan terminal, Raqan pengelolaan dan pelabuhan umum, Raqan retribusi pelabuhan penyeberangan.

Selain itu, Raqan retribusi pelayanan kepelabuhanan, Raqan pengelolaan administrasi kependudukan, dan Raqan pokok pengelolaan daerah. “Dari delapan Raqan, satu Raqan ditunda dan harus disempurnakan lagi,” ujar Bustan.

Menurutnya, pembahasan yang dilakukan Banleg merupakan prapembahasan dan akan dibawa ke Badan Musyawarah (Banmus) dan ditentukan jadwal pembahasan lebih lanjut. Sebelumnya juga akan dilakukan koordinasi dengan provinsi terhadap Raqan itu sehingga setelah semua tidak masalah lagi baru diparipurnakan.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 02 Mei 2011

Penebangan Hutan di Aceh Barat Semakin Parah

Thu, Mar 17th 2011, 09:03
Seorang Pelaku Ditangkap Polisi


Personel Polres Aceh Barat, Rabu (16/3) memperlihatkan barang bukti hasil penebangan liar berserta tersangka yang ditangkap di kawasan Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, kabupaten setempat Selasa (15/3) sore. SERAMBI/DEDI ISKANDAR


MEULABOH-Aparat kepolisian dari Kesatuan Reserse dan Kriminal Polres Aceh Barat, Selasa (15/3) sore sekitar pukul 17.30 WIB menangkap Abdul Manan bin Abdul Basyah, seorang pelaku penebang hutan beserta barang bukti di Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, kabupaten setempat, usai memotong kayu di kawasan pedalaman tersebut.

Adapun barang bukti yang berhasil diamankan polisi di antaranya, satu unit mesin pemotong kayu (Chain Saw), beserta 11 batang kayu besar yang siap dipotong dan diedarkan.

Kapolres Aceh Barat AKBP Drs Djoko Widodo MSi melalui Kasat Reskrim AKP Suwalto SH SIK kepada Serambi, Rabu (16/3) kemarin mengatakan, penangkapan yang dilakukan polisi terhadap Abdul Manan itu setelah aparat penegak hukum tersebut mendapatkan informasi dari masyarakat, yang menyatakan kawasan Kecamatan Panton Reue, Pante Ceureumen, serta Sungai Mas merupakan lokasi yang rawan dan marak dilakukan aktivitas penebangan hutan secara liar dan meresahkan masyarakat.

Berbekal informasi, kata AKP Suwalto, polisi langsung turun ke lapangan guna memastikan kebenaran informasi yang diterima itu. meski telah menyusuri sejumlah lokasi yang dicurigai sebagai lokasi pembalakan liar masing-masing di Kecamatan Panton Reue dan Pante Ceureumen, polisi tetap saja tak menemukan pelaku penebang hutan. Akhirnya, polisi yang tak mau kehilangan target, langsung menuju ke Kecamatan Sungai Mas guna melakukan pencarian.

Alhasil, aparat penegak hukum tersebut berhasil menemukan sebuah lokasi penebangan hutan di kawasan Simpang Beiben, Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, dan berhasil mengamankan seorang pelaku yang baru saja memotong kayu dan beristirahat pada sebuah ladang di kawasan pedalaman tersebut.

Kata Suwalto, dari tangan pelaku polisi berhasil mengamankan sedikitnya 11 buah kayu besar yang telah siap untuk dipasarkan dan diolah, beserta sebuah mesin Chain Saw untuk memotong kayu.

Punya jaringan
Menurutnya, berdasarkan pengembangan yang dilakukan polisi dari keterangan pelaku, kayu besar yang dipotong itu merupakan suruhan seorang tauke perabot maupun tauke kayu guna diolah untuk berbagai keperluan. Dan pelaku mengaku, dari kayu yang dipotong itu ia mendapatkan bagian untuk kayu di bagian dinding guna dipasang dirumahnya.

Sedangkan bagian lainnya, merupakan milik sang cukong kayu untuk dijadikan berbagai jenis kayu olahan guna berbagai kebutuhan dan dijual ke konsumen. Apalagi dari tangan pelaku, polisi juga tak menemukan adanya surat izin untuk menebang kayu di kawasan hutan tersebut.

Dalam kasus tersebut, pelaku Abdul Manan dijerat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan ayat III huruf e dan k dengan ancaman kurungan penjara masing-masing selama 10 dan 3 tahun penjara, atau denda masing-masing sebesar Rp 5 miliar dan Rp 1 miliar. (edi)

Minggu, 10 April 2011

Tanggul Pengaman dan Badan Jalan Amblas

Ekses Banjir di Aceh Barat
Tue, Mar 1st 2011, 08:39

MEULABOH - Ekses musibah banjir akibat meluapnya dua sungai besar masing-masing Krueng Woyla dan Meureubo, Aceh Barat, yang terjadi Sabtu (26/2), telah berdampak rusaknya sejumlah infrastruktur. Pasalnya, sepanjang 20 meter bronjong yang selama ini berfungsi sebagai pengaman sungai di Kecamatan Woyla Timur, serta ruas jalan di wilayah pedalaman itu ikut rusak parah.

Menyangkut dengan kerusakan lahan perkebunan dan areal pertanian dari dampak musibah banjir tersebut, hingga kini masih dalam pendataan pihak terkait guna menghitung sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Aceh Barat, Drs Mursalin Abdullah kepada Serambi, Senin (28/2) kemarin mengatakan, kerusakan yang amat parah akibat musibah meluapnya aliran sungai di wilayah itu terjadi di Kecamatan Woyla Timur.

Menurutnya, kerusakan yang ditimbulkan dari musibah tersebut yakni kerusakan tanggul sungai (beronjong) yang jebol diterjang air mencapai dua puluh meter, bahu jalan amblas, serta badan jalan yang ikut rusak akibat terjangan air.

Menyangkut dengan kerugian di kalangan masyarakat, tambahnya, hingga kini belum diperoleh kepastian terhadap hal itu, mengingat tim teknis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat beserta pihak kecamatan telah melakukan pendataan di lapangan. Apalagi rencana penyaluran bantuan bagi 4.200 jiwa korban banjir di wilayah itu, kata Mursalin juga tak jadi diberikan, mengingat luapan air hanya menggenangi pemukiman warga dalam waktu yang tak terlalu lama, sehingga dipastikan stok makanan ataupun kebutuhan lainnya masih terpenuhi dengan baik.

Tak timbulkan kerugian
Sementara itu, dari Kabupaten Aceh Jaya dilaporkan, banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Teunom, beberapa hari lalu yang merendam pemukiman warga dilaporkan beum diketahui adanya korban harta benda. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten Aceh Jaya, Azhar kepada Serambi, Senin kemarin mengatakan, banjir yang terjadi pada Sabtu dini hari lalu tak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dikarenakan banjir yang melanda kawasan itu hanya berlangsung satu hari satu malam saja, sehingga padi dan palawija milik para petani tidak terganggu.

Menurut Azhar, banjir yang terjadi itu merupakan banjir kiriman yang berasal dari daerah Geumpang, Kabupaten Pidie, yang menyebabkan aliran sungai meluap dan merendam pemukiman warga. Dan berdasarkan hasil pengecekan ke lapangan sama sekali tak ditemukan kerugian apapun, katanya.(edi/c45)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 08 April 2011

Banjir Kepung Lagi Aceh Barat-Aceh Jaya

* Ribuan Warga Terkurung
Sun, Feb 27th 2011, 10:07


Sejumlah kendaraan bermotor terpaksa mengunakan jasa becak untuk menyeberang banjir di badan jalan nasional di Desa Gampong Baro, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya, Sabtu (26/2). SERAMBI/SA'DUL BAHRI

MEULABOH – Sejumlah sungai besar di Aceh Barat dan Aceh Jaya meluap lagi menyebabkan beberapa kawasan di kedua kabupaten bertetangga itu kembali dikepung banjir. Laporan sementara hingga pukul 20.00 WIB tadi malam, sebanyak 4.200 warga Aceh Barat yang bermukim di Kecamatan Woyla Timur, sebagian Kaway XVI, dan Meureubo, terkurung banjir. Sedangkan di Aceh Jaya, setidaknya enam desa di aliran Krueng Teunom terendam.

Di Kabupaten Aceh Barat, sebanyak 4.200 jiwa dari 18 desa di Kecamatan Woyla Timur, sebagian Kaway XVI, dan Kecamatan Meureubo sejak Sabtu sore kemarin dilaporkan terkurung banjir. Musibah ini akibat luapan dua sungai besar di wilayah itu, yakni Krueng Woyla dan Meuereubo.

Selain terkurung banjir, sebanyak 1.000 jiwa di Desa Pasi Mesjid, Kecamatan Meureubo, hingga tadi malam mulai mengungsi ke lokasi-lokasi aman. Ketinggian air di kawasan-kawasan tertentu berkisar antara 60 cm-120 cm.

Data dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Aceh Barat menyebutkan, hingga pukul 20.00 WIB tadi malam, masyarakat yang terkurung banjir di antaranya di Kecamatan Woyla Timur mencapai 3.354 jiwa (942 KK). Rinciannya, Desa Seuneubok Dalam (122 jiwa), Gunong Panyang (95 jiwa), Blang Luah (202 jiwa), Rambong Pinto (132 jiwa), Alue Seuralen (102 jiwa), Tuwi Eumpeuk (151 jiwa), Alue Meuganda (184 jiwa), Gampong Baro KB (137 jiwa), Blang Makmue (161 jiwa), Buket Meugajah (268 jiwa), Alue Kuyun (564 jiwa), Blang Dalam (222 jiwa), Kubu Caprang (296 jiwa), Pasi Ara WT (305 jiwa), Paya Baro (303 jiwa), dan Alue Bilie (150 jiwa).

Sedangkan masyarakat yang mulai mengungsi akibat banjir di Desa Pasi Mesjid, Kecamatan Meureubo mencapai 905 jiwa, serta sebagian masyarakat di Desa Meunasah Rambot, Kecamatan Kaway XVI sebanyak 354 jiwa ikut terkurung banjir. “Laporan sementara tidak kurang 4.000 jiwa terkurung banjir dan 1.000 lainnya mengungsi akibat meluapnya sejumlah sungai besar,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH didampingi Kepala Dinsosnakertrans, Mursalin.

Mursalin menambahkan, mengenai penyaluran bantuan, masih terus diupayakan dengan cara meminta bantuan dari BPBA mengingat jumlah korban banjir di Aceh Barat terus bertambah. Sedangkan titik-titik pengungsian belum bisa dipastikan karena kebanyakan korban masih mengungsi ke rumah famili. “Apabila banjirnya bertambah parah, mereka kita ungsikan ke gedung SKB Meulaboh dan SMKN 2 Meulaboh di Desa Lapang,” kata Mursalin.

Camat Woyla Timut M Adnan yang menghubungi Serambi tadi malam melaporkan ketinggian air di sejumlah desa di wilayah itu hingga tadi malam mencapai 120 cm sehingga gelombang pengungsian warga tak bisa dihindari.

Luapan Krueng Teunom
Dari Aceh Jaya dilaporkan, Krueng Teunom mulai meluap sejak pukul 03.00 WIB dini hari, Sabtu (26/2). Padahal curah hujan di Aceh Jaya sejak dua hari terakhir masih dalam batas normal. “Bisa dikatakan ini banjir kiriman akibat tingginya curah hujan di hulu,” kata relawan RAPI Aceh Jaya, Rizal Dinata (JZ01QQ) yang dihubungi Serambi pukul 19.30 WIB tadi malam.

Rizal yang juga Ketua Tagana Aceh Jaya menginformasikan, hingga tadi malam mendung tebal berpotensi hujan lebat terlihat di atas wilayah Tangse-Geumpang sehingga semakin mencemaskan masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Teunom karena bisa semakin memperburuk keadaan. “Relawan RAPI dan Tagana terus melaporkan perkembangan dari waktu ke waktu dan siaga untuk keadaan terburuk,” lapor Rizal.

Tadi malam ketinggian air Krueng Teunom masih di atas ambang normal meski sudah memperlihatkan gejala surut. Bahkan pada pukul 15.00 WIB kemarin, Krueng Teunom sempat merendam beberapa desa termasuk ruas jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh di kawasan Gampong Baro. Masyarakat mulai bersiap-siap untuk mengungsi. “Selain Teunom, beberapa desa di Kecamatan Panga dan Krueng Sabe juga sempat terendam. Sekarang hujan mulai mengguyur Aceh Jaya,” kata Rizal dalam laporan lanjutannya sekitar pukul 21.00 WIB tadi malam.

Desa-desa di Kecamatan Teunom yang mulai menerima dampak luapan di antaranya Gampong Baro, Rambong Payong, Pasi Pawang, Pasi Geulima, Pasi Tulak Bala, dan Paya Baro. “Ini musibah rutin di Teunom akibat persoalan pendangkalan Krueng Teunom. Selama belum dilakukan normalisasi Krueng Teunom, musibah ini akan terus terjadi,” kata Wakil Ketua DPRK Aceh Jaya, T Hasyimi Puteh.

Keuchik Gampong Baro, Kecamatan Teunom, Abdul Halim kepada Serambi tadi malam melaporkan, kondisi banjir sejak pagi hingga pukul 13.00 WIB terus naik dengan ketinggian rata-rata mencapai 50 cm dan bertahan hingga pukul 18.00 WIB. “Selepas magrib mulai surut,” lapor Abdul Halim.(edi/c45/nas)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 28 Maret 2011

PLN Datangkan 19 Mesin Baru ke PLTD Meulaboh

* Kabel di Jambomasi Mulai Digeser
Mon, Feb 14th 2011, 10:33

MEULABOH - Perusahaan Listrik Negara (PLN) kembali mendatangkan 19 mesin baru yang disewa untuk menggantikan sepuluh mesin yang selama ini didatangkan dari Singapura ke PLTD Seunebok, Meulaboh, Aceh Barat.

Hingga kemarin, dari 19 mesin yang didatangkan dari Jakarta itu, sudah delapan unit tiba di Meulaboh. Bahkan pada Minggu (13/2) kemarin, mesin baru sudah mulai dikoneksikan dengan jaringan PLN. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi lagi krisis listrik di wilayah kerja PLN Cabang Meulaboh yang meliputi Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya.

Manajer PLN Cabang Meulaboh, Nahwaluddin kepada Serambi kemarin mengungkapkan, 19 mesin baru yang didatangkan PLN itu dimaksudkan untuk menggantikan mesin lama yang disewa setahun lalu. Mesin yang lalu itu didatangkan dari Singapura dengan harga sewa yang lebih mahal, sedangkan mesin baru ini sewanya lebih murah. “Dulu sepuluh mesin, sedangkan sekarang 19 mesin,” ujar Nahwaluddin.

Ia tambahkan, dengan 19 unit mesin itu diharapkan tak akan terjadi lagi krisis listrik di wilayah pantai barat Aceh. Selain itu, diproyeksikan bisa untuk menambahkan pelanggan baru atau melayani pelanggan lama yang ingin menambah daya (kapasitas) listrik di kediamannya.

Menurut Nahwaluddin, hingga sekarang sudah delapan mesin listrik dimaksud tiba di Meulaboh dan sudah dirangkai. “Diharapkan secara bertahap hingga bulan depan seluruhnya dapat dirangkai. Sedangkan mesin lama dibongkar dan dikembalikan lagi kepada pemiliknya,” ujar Nahwaluddin.

Mesin yang disewa PLN itu, kata Nahwaluddin, dimaksudkan untuk mengatasi krisis listrik, sambil menunggu rampungnya pembangunan PLTU milik PLN di Suak Puntong, Nagan Raya. Dengan rampunya PLTU itu kelak, diharapkan tak akan terjadi lagi krisis listrik di Nagan Raya, Aceh Barat, dan daerah sekitarnya.

Segera normal
Manajer PLN Cabang Meulaboh itu menambahkan, mesin PLTU milik Media Group di Nagan Raya yang sempat rusak, direncanakan pada Senin (14/2) sore sudah normal kembali. PLTU Media Group itu selama ini memasok arus listrik yang dibeli oleh PLN. Akibat rusaknya PLTU Media Group itu selama beberapa pekan terakhir, sempat terjadi pemadaman bergilir di wilayah itu. “Harapan kita pada Senin besok mesin milik PLTU Media Gruop kembali normal dan suplai arus lancar kembali,” jelasnya.

Mulai dipindah
Nahwaluddin juga menyinggung soal kabel listrik bertegangan tinggi yang terjuntai di Jembatan Jambomasi Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, sehingga menyetrum seseorang.

Menurutnya, tim dari PLN Ranting Lamno sudah mulai menggeser sedikit letak tiang dari lokasi jembatan serta meninggikan tiangnya. “Sejak Jumat, tim PLN sudah mulai melakukan tindakan sehingga kabel itu tidak lagi mengenai warga yang berlalu lalang,” demikian Nahwaluddin. (riz)

Sumber : Serambinews.com

Aceh Barat dan Nagan Dilanda Kabut Asap Tebal

Kebakaran Lahan Meluas
Sat, Feb 12th 2011, 19:46

MEULABOH - Kebakaran lahan yang terjadi di kawasan Blok C 7, C8, dan C9, pada lahan milik PT PAAL di Desa Suak Panteue Breuh, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, yang terjadi sejak beberapa hari lalu, kini semakin memprihatinkan. Dampak yang ditimbulkan dari musibah itu menyebabkan kepulan kabut asap kini mengganggu aktivitas masyarakat.
Meski kobaran api yang saat ini membakar lahan gambut belum bisa dipadamkan dan titik terbakarnya mulai berkurang, akan tetapi kabut asap dan kobaran asap di lokasi terjadinya kebakaran lahan hingga kini masih terjadi.
Tak hanya itu, selain melanda Kabupaten Aceh Barat, dua kecamatan di Kabupaten Nagan
Raya, masing-masing Kecamatan Seunagan dan Suka Makmue, juga dilanda kabut asap. Kabut asap yang terjadi di wilayah itu diakibatkan pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat setempat dikarenakan kawasan itu masih dilanda musim kemarau.(dedi iskandar)

Sumber : Serambinews.com

500 Hektare Lahan Gambut Terbakar

* BMKG: Bermunculan 88 Titik Api
Sat, Feb 12th 2011, 11:41

MEULABOH - 500 Hektare (ha) lahan gambut di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, sejak Kamis hingga Jumat (10-11/2) kemarin dibakar segelintir warga yang membuka lahan untuk berkebun. Akibatnya, muncul kabut asap yang spektrumnya makin meluas, terutama pada malam hari. “Bila tidak cepat ditanggulangi, dikhawatirkan ribuan masyarakat yang tersebar di sejumlah kecamatan di Aceh Barat bakal terganggu pandangan dan pernapasannya, karena kebakaran yang tak terkendali itu menimbulkan kabut asap yang tebal,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Jumat (11/2) sore.

Menurutnya, dampak dari pembakaran lahan gambut seluas 500 ha itu tergolong berbahaya. Bukan saja kepada kesehatan manusia, tetapi juga berdampak buruk secara ekologis, karena bisa memicu terjadinya kebakaran lahan yang lebih besar lagi. Apalagi saat ini sedang musim kemarau, sehingga titik api di luasan 500 ha itu sangat mungkin merembet ke lokasi di sekitarnya, sehingga spektrum lahan yang terbakar bertambah besar. “Oleh karenanya, kebakaran lahan ini harus segera dicegah aparat kepolisian, karena ini merupakan tindak kriminal, mengingat lahan yang dibakar itu termasuk areal hutan dan tentu saja merusak lingkungan,” tegas Teuku Dadek.

Menurut Dadek, alat pemadam kebakaran yang kini dimiliki Pemkab Aceh Barat tidak mampu mengatasi kebakaran lahan yang kini terjadi di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, mengingat lokasi yang lahan gambutnya dibakar itu berada jauh di kawasan hutan. Dengan sendirinya, selang air dari mobil pemadam yang panjangnya hanya 400 meter, tak mampu menjangkau kobaran api di lahan gambut tersebut. Untuk mengatasi dampak dari pembakaran lahan yang tak terkendali itu, pihaknya kini terpaksa menggelar rapat dengan sejumlah instansi di Aceh Barat guna mencari solusi, termasuk mencari langkah penanganan musibah yang sewaktu-waktu bisa terjadi di kabupaten itu. Minta bantu ke Medan

Teuku Dadek juga menyatakan, apabila kebakaran lahan di Aceh Barat terus terjadi dan lingkupnya meluas, maka pihaknya terpaksa meminta bantuan Tim Penanggulangan Bencana di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) untuk mengirimkan armada dan alat pemadam kebakaran ke Aceh Barat. “Secara teknis, untuk penanganannya memang dibutuhkan tenaga dari luar,” kata Teuku Dadek. Apalagi, menurutnya, ancaman kabut asap yang timbul akibat pembakaran lahan gambut itu dapat mengganggu pernapasan dan memperpendek jarak pandang warga yang berada maupun yang melintas di sekitarnya.

Turunkan tim
Secara terpisah, Kapolres Aceh Barat, AKBP Djoko Widodo MSi yang dikonfirmasi Serambi kemarin membenarkan adanya pembakaran lahan yang dilakukan warga di Kecamatan Samatiga. Namun, tentang kejadian di Arongan Lambalek, ia mengaku belum mendapat laporan. Menurut Kapolres, untuk mengatasi dampak kebakaran lahan di Aceh Barat itu, pihaknya segera menurunkan tim ke lokasi untuk menyelidiki, sehingga pihak aparat penegak hukum bisa memastikan langkah hukum yang tepat.

Muncul titik api
Dari Dumai, petugas Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riau menyatakan, saat ini di Sumatera mulai bermunculan titik api dengan deteksi sementara berjumlah 80 titik panas (hotspot). Petugas Analisis BMKG Riau, Marzuki, kepada ANTARA di Dumai, Rabu (9/2), menjelaskan, sejumlah titik api tersebut terpantau oleh Satelit NOAA 18 sejak Selasa (8/2) hingga Rabu.

“Ke-80 titik api tersebut tersebar di sejumlah wilayah Sumatera mulai dari Provinsi Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, berikut Jambi,” terangnya. Khusus hotspot di Riau, terang Marzuki, terdapat 39 titik yang tersebar hampir diseluruh wilayah kota/kabupaten. Kabupaten Kampar menjadi “sarang” hotspot terbanyak dengan jumlah sebelas titik api yang tersebar di sejumlah wilayah perkebunan dan lahan hutan di sana.

“Akibat bermunculannya titik api tersebut, besar kemungkinan wilayah Sumatera bagian selatan atau timur laut seperti Jambi dan Sumatera Selatan akan diselimuti kabut asap, mengingat arah angin mulai mengarah ke sana,” urainya. Marzuki menerangkan, berdasarkan prediksi cuaca dan menurut pantauan mata angin, kemungkinan “ekspor” asap akibat titik api ini ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia sangat kecil, karena arah angin cenderung ke daratan Sumatera. (edi/ant)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 23 Maret 2011

500 Hektare Lahan Gambut Dibakar

Fri, Feb 11th 2011, 19:11

MEULABOH - Sebanyak 500 Hektare lahan gambut di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, Aceh Barat, sejak Kamis hingga Jumat (11/2/2011) terbakar. Ribuan warga yang tersebar di sejumlah kecamatan kini terancam terganggu saluran pernafasan, pasalnya pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat di dua kecamatan itu telah menyebabkan kabut asap.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek, mengatakan, pembakaran lahan seluas 500 Hektare yang terjadi di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga itu kini termasuk berbahaya. Pasalnya pembakaran lahan yang dilakukan warga di kawasan gambut di dalam hutan itu mengancam terjadinya kebakaran lahan yang lebih besar lagi.
Pasalnya, lahan gambut yang sengaja dibakar untuk pembukaan lahan bagi lahan pertanian maupun pemukiman warga itu dikhawatirkan akan berdammpak lebih buruk, mengingat saat ini kawasan itu dilanda musim kemarau. Sehingga tak menutup kemungkinan akan terjadinya musibah kebakaran lahan yang lebih besar lagi.(dedi iskandar)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Maret 2011

Pangdam Iskandar Muda : Oknum TNI yang Terlibat Illegal Fishing dan Logging Pasti Ditindak

* Termasuk Penganiaya Wartawan
Mon, Jan 31st 2011, 09:45

MEULABOH - Panglima Kodam Iskandar Muda, Mayjen TNI Adi Mulyono menegaskan pihaknya tidak akan menolerir dan tetap akan menindak tegas oknum-oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) di jajarannya, apabila terlibat dalam praktik illegal fishing (pencurian ikan), penebangan liar (illegal logging), maupun penganiayaan terhadap warga sipil, tak terkecuali wartawan.

Jika ada oknum TNI yang kedapatan atau terbukti melakukan hal itu, tetap akan ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku di kesatuan mereka. Hal itu diungkapkan Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Adi Mulyono menjawab wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Meulaboh, Aceh Barat, Minggu (30/1) kemarin bersama Gubernur Irwandi Yusuf dan Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan. Kedatangan ketiga petinggi Aceh itu guna menghadiri Milad IV Rabithah Silaturahmi Santri se-Aceh (RASSA) yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Hikmah, Meulaboh, Aceh Barat.

Menurut Pangdam, terhadap kasus illegal logging maupun illegal fishing sejauh ini dirinya mengaku belum mendapatkan laporan tentang adanya anggota TNI di Aceh yang terlibat.

Namun ia tegaskan, tetap akan menindak bawahannya yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap kedua atau salah satu tindak kejahatan itu. “Jika oknum TNI terbukti melakukan pelanggaran, tetap akan ada sanksinya,” imbuh Pangdam.

Penganiaya wartawan
Di sisi lain, jika nantinya ada oknum TNI melakukan penganiayaan (lagi) ataupun mengintimidasi wartawan/pekerja pers, Pangdam Adi Mulyono menyatakan juga akan menindak tegas bawahannya apabila terlibat dalam kasus tersebut.

Menurutnya, profesi yang dijalankan oleh pekerja pers maupun tugas yang dilaksanakan TNI itu harus sama-sama dihargai dan dirinya tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

Dia harapkan, antara TNI dan jurnalis tetap terjalin hubungan yang harmonis dan saling menghargai terhadap tugas ataupun profesi masing-masing. Namun, kembali ia menegaskan apabila kedapatan anggota TNI menyakiti warga sipil, termasuk wartawan, maka tetap akan ditindak tegas. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 13 Maret 2011

Bupati Aceh Barat Merasa tak Nyaman Pimpin Daerah

* Mengaku Sering Diintimidasi
Sun, Jan 30th 2011, 09:22

MEULABOH - Bupati Aceh Barat, Ramli MS mengungkapkan perasaan ketidaknyamanan dalam menjalankan roda pemerintahan di daerahnya akibat selalu diintimidasi dan diawasi secara berlebihan oleh pihak-pihak tertentu. Menyikapi kondisi tak sehat ini, Ramli menyatakan akan melaporkan ke Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pengakuan tersebut disampaikan Ramli MS saat melakukan pertemuan dengan wartawan di ruang kerjanya di Meulaboh, Jumat (28/1). “Saya tak tahan lagi dengan intimidasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu yang mengganggu jalannya roda pemerintahan yang saya pimpin saat ini. Dalam setiap kegiatan yang saya lakukan, seperti saat berkunjung ke kawasan pedalaman, selalu saja diintimidasi oleh pihak-pihak tertentu, karena saya dianggap masih sebagai kombatan GAM,” ungkap Bupati Ramli MS.

Ramli mengatakan, sejak pertama menjabat sebagai kepala daerah setelah terpilih melalui Pilkadasung putaran kedua yang dilantik Maret 2007, kepemimpinannya terus dimata-matai secara tak wajar. Bahkan, katanya, pejabat di jajarannya yang melakukan kunjungan ke kawasan pedalaman juga mendapatkan perlakuan secara tak wajar sebagai aparatur pemerintah. “Kami menilai hal ini sebagai bentuk pelanggaran hukum yang harus ditindak tegas,” ujarnya.

Dikatakannya, pemerintahan yang ia pimpin saat ini bersama Wakil Bupati Fuadri MSi berada dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan seluruh kegiatan pemerintahan mengacu pada Pancasila, UUD 1945, UUPA, dan MoU Helsinki. Namun, kata Ramli, dalam menjalankan roda pemerintahan, sejumlah pihak kerap mengintervensi dan intimidasi terhadap pemerintahannya. “Kami merasa tak nyaman dan bisa berdampak tidak bagus pada upaya mensejahterakan rakyat,” tandas Ramli sambil meminta agar pihak-pihak yang mengintimidasi tersebut tak perlu dipublikasikan. “Secara lisan saya sudah pernah laporkan masalah ini ke Komandan Korem 012/TU, Kolonel Inf Arminson,” lanjutnya.

Lapor ke presiden
Agar persoalan itu bisa segera berakhir, Bupati Aceh Barat mengatakan pihaknya sedang merancang secara khusus surat yang akan dikirimkan kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Tujuannya semata-mata agar roda pemerintahan yang sedang dijalakankan itu tidak dicurigai, diintimidasi, atau dicap sebagai pemerintahan yang separatis. “Semoga dengan laporan yang akan kami sampaikan secara khusus ke Presiden, permasalahan yang kami hadapi segera bisa dituntaskan,” kata Ramli MS.

Pada kesempatan pertemuan dengan wartawan, Bupati Ramli juga meminta pekerja pers selalu mengedepankan netralitas dan profesionalisme dalam menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat. “Setiap informasi yang diserap masyarakat dari media massa, akan memunculkan dampak langsung di tengah-tengah masyarakat, sesuai dengan warna informasi yang disajikan,” demikian Bupati Aceh Barat.(edi)

Sumber : Serambinews.com