Rabu, 22 Juni 2011

Aceh Barat Butuh Industri Pengolah Karet

Thu, Apr 28th 2011, 07:51

MEULABOH-Pemkab Aceh Barat membutuhkan industri pengolahan karet untuk meningkatkan nilai tambah komoditas itu di daerah tersebut. “Hingga saat ini kami belum memiliki sebuah industri pengolahan karet yang mengolah karet produksi masyarakat sebagai bahan setengah jadi,” kata Wakil Bupati Aceh Barat Fuadri di Meulaboh, Rabu.

Hal itu disampaikan terkait belum adanya investor yang menanamkan sahamnya di sektor industi pengolahan karet di daerah tersebut. Dikatakannya, industri pengolahan karet tersebut sangat dibutuhkan dalam mendongkrak harga dan meningkatkan produksi komoditas itu di masa mendatang.

Disebutkannya, Kabupaten Aceh Barat memiliki luas lahan karet sekitar 25.000 hektare terdiri dari 20.000 hektare milik masyarakat dan 5.000 hektare milik swasta. Setiap tahunnya kabupaten tersebut menghasilkan sekitar 12.000 ton karet.

“Artinya, produksi yang dimiliki tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku bagi perusahaan pengolah yang akan beroperasi di Aceh Barat,” katanya.

Pihaknya terus berupaya untuk menghadirkan para investor agar bisa menanamkan modalnya di negeri Teuku Umar di sektor industri pengolohan karet. “Kita berharap akan ada para pengusaha yang melakukan investasi disektor perindustrusian disektor perkebunan terutama industri perkebunan,” katanya.

Dijelaskannya, produksi karet untuk wilayah pantai barat selayan yakni Nagan Raya, Aceh Barat dan Aceh Jaya memiliki produksi sekitar 20 ribu/tahun. “Kami optimistis dengan adanya perusahaan pengolahan akan meningkatkan nilai beli dari petani,” demikian Fuadri.(ant)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

332 Desa di Aceh Barat Rawan Bencana

Wed, Apr 20th 2011, 09:34

MEULABOH - Bupati Aceh Barat dalam urat Keputusan Nomor : 55a Tahun 2011 tanggal 22 Februari 2011 lalu, kini telah menetapkan 322 desa yang tersebar di 12 kecamatan di kabupaten itu sebagai desa yang rawan bencana.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Selasa (19/4) mengatakan, ke 212 desa atau 65,84 persen dari semua desa di Aceh Barat, itu merupakan desa yang sering dilanda banjir minimal setahun sekali.

“Bahkan ada desa yang banjir sampai tiga hingga empat kali dalam setahun seperti Napai, Pasi Masjid, Cot Amun, serta Alue Leuhob,” katanya. Menurutnya, desa yang menjadi langganan banjir perlu dipikirkan tempat evakuasi sementara yang permanen. Tempat tersebut jika tidak sedang banjir bisa digunakan untuk fasilitas umum seperti tempat pengajian.

Di sisi lain, kata Dadek, di Kabupaten Aceh Barat terdapat 27 desa atau 8,39 persen sebagai desa yang rawan terjadinya kebakaran lahan yang tersebar di lima kecamatan. Yaitu, Johan Pahlawan (3 desa), Samatiga (12 desa), Arongan (5 desa), dan Woyla Barat (7 desa).

Selain menerbitkan peta rawan bencana, katanya, Pemkab Aceh Barat juga telah menetapkan arah evakuasi, tempat penampungan sementara, gedung penyelamatan yang akan segera dilakukan sosialisasi bagi masyarakat, sehingga kesiap-siagaan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadinya bencana bisa terhindar dari musibah apalagi merenggut korban jiwa.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Aceh Barat Ganti Tiga Pejabat

Tue, Apr 19th 2011, 09:42

MEULABOH-Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Senin (18/4) kemarin memutasi 16 pejabat yang terdiri dari eselon II, III dan IV. Acara dipimpin Sekdakab Bukhari MM berlangsung di aula Setdakabsetempat.

Adapun pejabat yang diganti dari jabatannya itu masing-masing, Asisten II bidang Keistimewaan Aceh dan Ekobang, Drs Adami Umar MPd digantikan oleh Drs Hasan Abdullah yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala BPM setempat.

Kepala Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP), Ulul Izmi SP digantikan oleh Ir T Zainal Abidin MT yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan, serta staf ahli bupati bidang keistimewaan Aceh, T Usman Basyah SH digantikan oleh Arifin Yahya SH, yang sebelumnya menjabat sebagai Kabag Pemerintahan Umum Setdakab Aceh Barat.

Posisi yang ditinggalkan oleh Hasan Abdullah selaku Kepala BPM Aceh Barat diisi oleh Drs Hasballah yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Syariat Islam dan Pemberdayaan Dayah, dan jabatan Kadis Syariat Islam diisi oleh Drs Zainuddin sebelumnya Kabid Pengembangan SDM Syariat Islam.

Kemudian Kabid Sosial pada Dinsosnakertrasn, Hamdani dipromosikan menjadi Camat Panton Reue, dan jabatan yang ditinggalkan itu digantikan oleh Syamsul Bahri yang sebelumnya menjabat sebagai Camat Panton Reue. Kemudian Drs Saiful TH MM dilantik menjadi Kabag Pemerintahan Umum Setdakab dari jabatan sebelumnya sebagai staf di Bagian Kepegawaian.

Drs T Samsul Alam MA selaku Kabag Keistimewaan dan Kesra Setdakab dilantik sebagai Sekretaris Diskominfo, dan jabatan yang ditinggalkan itu diisi oleh Raja Sayang SE, yang sebelumnya menjabat sebagai staf di BPM setempat. Indra Zulhan SH dilantik sebagai Kasubag Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat pada KPUD, Cut Didi Yanti BSc selaku Kasubag Informasi pada Bagian Humas setdakab dilantik sebagai Kasubag Umum dan Kesra pada Bagian Kepegawaian setempat dan jabatan yang ditinggalkan itu diisi oleh Drs Syamsul Bahri selaku staf Bagian Umum dan Perlengkapan Setdakab Aceh Barat.

Dalam sambutannya, Bupati Aceh Barat H Ramli MS yang dibacakan oleh Plt Sekda Bukhari MM mengatakan mutasi yang dilakukan itu sebagai bentuk penyegaran dalam sebuah organisasi pemerintahan. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Juni 2011

Pertanyakan Asal-usul Kayu

Dishut Akan Panggil Pemilik Kilang
Sat, Apr 9th 2011, 08:56

MEULABOH - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat menyatakan sudah menjadwalkan akan memanggil seluruh pemilik kilang kayu yang selama ini beroperasi di wilayah itu. Pemanggilan dimaksudkan guna memastikan asal-usul kayu-kayu yang selama ini yang menjadi bahan baku mereka.

Menjawab Serambi, Jumat (8/4), Kadis Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat, T Helmi SP mengatakan, pihaknya sudah pernah menjadwalkan dalam pekan ini digelar pertemuan dengan sejumlah pemilik kilang kayu. Namun karena ada halangan sehingga diundur dan sudah dijadwalkan kembali dalam waktu dekat ini. “Kita akana duduk dan pertanyakan bahan baku yang selama ini mereka gunakan,” ujarnya.

Helmi menyatakan langkah ini juga dalam upaya mengetahui lebih pasti sehingga guna mencegah agar tidak ditebang secara liar terutama pada lokasi hutan lindung dan sejauh ini dari pengamatan tak ditebang di hutan lindung. Dengan adanya pertemuan itu akan diketahui lebih jelas terhadap informasi dan bila ditemukan bahan baku kayu ilegal akan ditindak sesuai hukum berlaku.

Sebelumnya saat meninjau lokasi banjir di Pante Ceureumen pekan lalu, anggota DPR Aceh asal Aceh Barat, H Fadli MA meminta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat melakukan penyelidikan terhadap munculnya kayu-kayu gelondongan di lokasi banjir sehingga menjadi jelas kayu dari mana, apakah dari pembalakan liar atau kayu dari mana.

Sebab selama ini, Aceh sudah jeda tebang sehingga patut dipertanyakan. “Apalagi di kawasan itu ada sejumlah kilang kayu sehingga kita pertanyakan bahan baku dari mana,” ujar Fadli.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 07 Juni 2011

Kepala Jembatan Ulee Raket Makin Amblas

* DPRA Minta BMCK Segera Memperbaiki
Wed, Apr 6th 2011, 08:39


embatan Ulee Rakeet di lintasan Meulaboh-Pante Ceureumen, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, terancam ambruk akibat erosi dan tergerus banjir yang melanda kawasan itu terjadi pekan lalu. Foto direkam Jumat (1/4). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Kepala jembatan (abutment) Ulee Raket yang berada di lintasan Meulaboh-Pante Ceureumen, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, kini semakin amblas ke sungai. Setelah sebelumnya diterjang banjir pada tahun 2010 lalu, jembatan penghubung yang berkontruksi rangka baja di kawasan pedalaman itu kembali diterjang banjir sehingga hanya menyisakan badan jalan sekitar dua meter saja, sedangkan sisanya amblas ke dalam sungai.

Akibatnya, lintasan provinsi yang selama ini dilintasi pengguna jalan itu kini semakin sulit dilalui dan dikhawatirkan akan putus total, dikarenakan hingga kini belum ada penanganan apapun oleh pihak terkait.

Camat Pante Ceureumen, Drs M Nur Yasin kepada Serambi, Selasa (5/4), mengaku longsor yang terjadi di abutment Jembatan Ulee Rakeet kini semakin memprihatinkan. Setiap hari abutment yang sebagian besar telah amblas ke dasar sungai itu permukaan tanahnya semakin turun dan ikut mengamblaskan permukaan abutment dan badan jalan lainnya.

Ia memprediksikan, apabila kerusakan abutment akibat longsor itu tak segera ditangani, maka dikhawatirkan 10.000 jiwa lebih masyarakat Pante Ceureumen akan terkurung. “Ini masalah serius yang harus segera ditangani Pemerintah Provinsi Aceh, karena kerusakan jembatan dan ruas jalan ini merupakan jalan provinsi. Dan sangat mengancam keselamatan pengguna jalan,” katanya.

Segera perbaiki
Sementara itu Wakil Ketua Komisi D DPR Aceh, Fadli MA meminta agar Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh segera memperbaiki kepala jembatan yang ambruk dihantam banjir tersebut. Pasalnya, bila terus dibiarkan akan berdampak putusnya hubungan transportasi antarkecamatan dan terkurungan ribuan masyarakat dari Kecamatan Pante Ceureumen.

“Kerusakan akibat ambruk itu semakin parah dan sejauh ini tak juga mendapat perhatian diperbaiki oleh Pemerintah Aceh, karena itu kita berharap bisa segera ditanggulangi,” ujar anggota DPRA asal Aceh Barat tersebut kepada Serambi, Senin (4/4) di Meulaboh.

Menurut politisi PPP ini, dari keterangan diperoleh dari Dinas Bina Marga Aceh Barat bahwa usulan perbaikan sudah pernah disampaikan ke Pemerintah Aceh saat ambruk beberapa bulan lalu yang juga akibat banjir. Selama ini ditangani darurat dengan batang pohon kelapa oleh Dinas Bina Marga Aceh Barat sambil menunggu ada bantuan dari Pemerintah Aceh. Namun musibah banjir pekan lalu kembali membuat ambruk sehingga kondisi kerusakan saat ini makin parah.

Karena itu, Fadli meminta BMCK bisa membantu perbaikan sehingga tidak terkesan pilih kasih dalam bantuan, apalagi ambruk jembatan itu akibat banjir yang seharusnya mendapat perhatian serius karena jembatan itu sebagai penghubung ribuan masayarakat Kecamatan Pante Ceureumen bila ingin ke Kota Meulaboh. “Kita khawatir bila tak ditangani segera dan jembatan putus masyarakat Pante Ceureumen akan terkurung,” jelas Fadli.(edi/riz)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Kerusakan Jalan Provinsi di Tiga Lintas Memprihatinkan

Tue, Apr 5th 2011, 08:29

MEULABOH-Anggota DPR Aceh menyatakan kesal terhadap banyaknya jalan provinsi/nasional di tiga lintas di wilayah Pantai Barat Aceh yang hingga kini kurang mendapat perhatian untuk diperbaiki sehingga kian memprihatinkan. Akibatnya masyarakat pengguna jalan mengeluh dan berharap diperbaiki sehingga tak makin parah.

Ketiga lintas itu adalah ruas jalan Meulaboh (Aceh Barat)-Calang (Aceh Jaya), ruas jalan Meulaboh (Aceh Barat)-Geumpang (Pidie), dan ruas jalan Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah). “Banyaknya kerusakan akibat kurang ada pemeliharaan,” ujar Wakil Ketua Komisi D DPR Aceh, H Fadli MA didampingi anggota komisi, Ali Murtala kepada Serambi, di Meulaboh, Senin (4/4).

Menurut anggota DPR Aceh asal pemilihan Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Nagan Raya, untuk jalan Calang-Meulaboh kerusakan di kawasan Kaye Lon dan Arongan Lambalek serta sejumlah titik lainnya, sedangkan lintas Meulaboh-Geumpang terutama paling parah adalah di kawasan Tutut dan Panton Reu sehingga pengguna jalan mengeluh dan berharap ada perbaikan.

Untuk jalan di lintas Jeuram-Takengon terutama di kawasan Beutong Nagan Raya yang baru-baru ini longsor sehingga penderitaan masyarakat makin parah. Karena itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas Bina Marga dan Cipta Karta (BMCK) Aceh untuk segera menanggalangi kerusakan ketiga ruas jalan provinsi/nasional tersebut.(riz)

SUmber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Sawah dan 4 Jembatan Rusak Akibat Banjir

Sun, Apr 3rd 2011, 09:47

MEULABOH - Seluas 483 hektare lahan persawahan di delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat hingga kini dilaporkan rusak parah, menyusul terjangan banjir luapan yang terjadi sejak Selasa (29/3) lalu di kawasan tersebut. tak hanya itu, banjir dengan ketinggian air mencapai 1-2 meter itu juga ikut merusak empat unit jembatan di empat kecamatan serta ikut merusak empat unit bangunan ruang belajar, serta berbagai fasilitas public lainnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Sabtu (2/4) kemarin mengatakan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana banjir itu telah menyebabkan berbagai kerugian di kalangan masyarakat setempat. “Kerusakan paling parah di sektor pertanian, yaitu sekitar 483 hektare lahan persawahan, yang sebagian besar siap panen,” katanya.

Dikatakannya, 30 hektare lahan perkebunan kacang milik warga di Kecamatan Pante Ceureumen ikut rusak, empat unit jembatan seluas 150 meter rusak parah, pengaman tebing di Desa Canggeh dan Lango Kecamatan Pante Ceureumen seluas 650 meter ikut amblas. “Kita berharap agar pemerintah provinsi segera menangani kerusakan akibat musibah tersebut,” pungkasnya.

Sementara itu, dari Aceh Jaya dilaporkan, banjir yang terjadi beberapa hari yang lalu, membuat puluhan para petani di Desa Tuwi Kayee, Kecamatan Panga, harus menjemur padi milik mereka, akibat basah terkena rendaman. Bahkan sebagian padi yang yang baru saja dipanen, juga tak bisa diselamatkan karena terbawa arus banjir.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten Aceh Jaya, Azahar kepada Serambi, kemarin mengatakan, kondisi banjir yang terjadi beberapa kecamatan di wilayah itu telah membuat masyarakat mengeluh akibat padi yang baru dipanen itu teremdam ikut terendam banjir. “Para petani terpaksa coba memanfaatkan kembali padi itu dengan cara menjemurnya,” katanya.

Banjir surut
Banjir yang melanda puluahan desa di Kecamatan Suro, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Singkil Utara dan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Sabtu (2/4) mulai surut. Kecuali di Kecamatan Singkil, genangan air masih terdapat di sujumlah titik, namun tidak mengganggu aktivitas warga.

Sejumlah warga, kemarin, tampak mulai membersihkan rumah dan mencuci perabotan yang sempat terendam banjir. Volume air sungai besar yang bermuara ke laut Singkil, yaitu Sungai Lae Cinendang dan Soraya jauh berkurang. Hujan yang menjadi penyebab utama banjir kemarin tampak turun sebentar dalam intensitas kecil.

Banjir telah menyebabkan kerusakan sejumlah sarana dan prasana di kawasan itu. Di Desa Solok, Gunung Meriah, derasnya air mengakibatkan talud jalan retak. Sawah di desa Sianjo-anjo yang berusia sebulan menjadi hitam pekat sebagian tercerabut dari akarnya. Sedangkan di Ujung Bawang, padi siap panen rata dengan tanah dan dipenuhi semak belukar.(edi/c45/c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 01 Juni 2011

Banjir Aceh Barat Sisakan Bongkahan Kayu

* Di Nagan Raya Mulai Surut
Sat, Apr 2nd 2011, 09:50

MEULABOH - Banjir yang melanda delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat beberapa hari lalu, menyisakan tumpukan bongkahan kayu di pemukiman warga. Setidaknya dua desa di Kecamatan Pante Ceureumen, masing-masing Desa Ketambang dan Pulo Teungoh, dipenuhi tumpukan bongkahan kayu. Camat Pante Ceureumen, M Nur Yasin kepada Serambi, Jumat (1/4) mengatakan, tumpukan kayu yang kini terdapat di pemukiman warga itu merupakan kayu yang dibawa banjir saat melanda kawasan itu beberapa hari lalu. Kayu-kayu yang berasal dari hutan itu sebelumnya sempat menutupi badan jalan. Namun kini telah dibersihkan oleh masyarakat setempat guna memperlancar arus transportasi.

“Kayu-kayu yang terdapat di pemukiman warga tersebut, kini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, termasuk untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat banjir,” kata Camat M Nur. Kerugian akibat banjir yang dialami masyarakat di wilayah itu hingga kini masih terus dilakukan pendataan. Sedangkan dampak lainnya yang ditimbulkan dari musibah tersebut yakni dua unit ruang belajar di sekolah dasar ikut ambruk akibat terjangan banjir.

Mulai surut
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut kepada Serambi, kemarin mengatakan, secara umum banjir yang sebelumnya melanda Kecamatan Darul Makmur, kini telah surut. Bantuan ke pemukiman warga yang sebelumnya tersendat, kata Abdurrani, kini telah berhasil dilakukan dan telah semuanya dibagikan kepada korban banjir. Masyarakat juga sudah mulai beraktivitas seperti biasanya.(edi)

Sumber : Serambinews.com