Jumat, 19 Agustus 2011

Diamuk Gajah, Seorang Warga Nagan Tewas

Isteri Korban Selamat
Kamis, 11 Agustus 2011 20:10

JEURAM - Abdul Halim (52) tewas dengan perut terburai setelah seekor gajah mengamuk di kebun karet kawasan Sumber Batu Kecamatan meureboh, Nagan Raya, Kamis (11/8).

Isteri korban Nur Hayati (45) yang berhasil selamat dari amukan "Poh Meurah" itu, menuturkan, sekitar pukul 08.00 wib dia bersama suami berada di kebun mereka kawasan Desa Sumber Batu,Kecamatan Meureubo, untuk menderes karet.

Abdul Halim, warga Desa Seumambek, Kecamatan Kuala, saat itu bersama isterinya sedang menderes karet. Tiba-tiba seekor gajah mengamuk dan mendatangi mereka. Nurhayati yang kaget berupaya menyelamatkan diri dengan berlari ke arah badan jalan. Naas suaminya Abdul Halim terjebak di dalam kebun. Meskipun sempat meminta tolong, ia sudah duluan menjadi bulan-bulanan gajah.

Warga yang mendatangi lokasi, menemukan Abdul Halim tewas dengan perut dan usus terburai. Diduga Gajah menusuk korban dengan gadingnya. Isteri korban yang berhasil selamat, sangat trauma dan berduka.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat Drs Mursalin Abdullah yang dikonfirmasi Serambinews.com, mengatakan warga Nagan Raya itu tewas diamuk gajah di kawasan pedalaman Kecamatan Meureubo. Korban bukan pertama akibat amukan Gaja. "Kita hanya memberikan bantuan masa panik kepada korban," ujarnya. (dedi)

Sumber Serambinews.com

Senin, 15 Agustus 2011

Warga Woyla Mulai Krisis Air Bersih

Pantai Barat - 8 August 2011

Meulaboh | Harian Aceh – Kemarau yang melanda Aceh Barat, selain mengganggu pada tanaman pertanian juga berdampak pada krisis air bersih di sejumlah Kecamatan di Aceh Barat. Di Kecamatan Woyla, sumber-sumber air mulai kering. Warga terpaksa mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari di sungai yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Samatiga.
Sulaiman, warga Suak Trieng, Kecamatan Woyla Minggu (7/8), mengatakan air sumur mereka sudah kering. “Kami terpaksa ambil air di sungai yang mencapai beberapa kilometer dari tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tiap hari saya harus ambil air dulu sebelum berangkat kerja selama bulan puasa ini,” katanya.
Untuk menghemat persediaan air di rumah, menurut Sulaiman, istri dan dua anaknya terpaksa lebih selektif mengunakan air. “Yang biasanya bisa mandi sepuas-puasnnya, sekarang harus dijatah satu jerigen per orang supaya irit,” tuturnya.
Hal yang sama juga dikatakan Iwan, warga Leuken, Kecamatan Samatiga. Sumurnya yang sudah kering, membuat dia dan keluarganya terpaksa membeli air isi ulang. “Tiap hari kami terpaksa mengambil air sungai hingga beberapa jerigen, meskipun air tersebut sebenarnya tak layak konsumsi namun hanya itu solusi bagi kami, masak dan air minum selain kebutuhan MCK. Maklum sumur betul-betul sudah kering,” jelasnya.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

Rabu, 10 Agustus 2011

6 Kecamatan Aceh Barat Tertinggal

THURSDAY, 28 JULY 2011 03:49

MEULABOH - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, mencatat dari 12 kecamatan di wilayah itu, enam di antaranya termasuk kawasan tertinggal, karena belum adanya sarana dan prasarana transportasi penghubung.

Asisten II Pemkab Aceh Barat, Hasan Abdullah, mengatakan akibat ketidakmampuan daerah, sehingga pemberantasan kawasan tertinggal hingga 2010 belum dapat dicapai.

"Berdasarkan data, ada enam kecamatan di Aceh Barat yang masih sanggat membutuhkan perhatian khusus dalam penanggulangan kemiskinan serta kesejahteraan rakyat," katanya, hari ini.

Disebutkan, Kecamatan Panton Reu, Sungai Mas, Woyla Timur, Woyla Barat, Merbo, termasuk Kecamatan Johan Pahlawan, ibukota daerah, masih ada sebagian desa yang belum mendapatkan kesetaraan di bidang kesehatan, pendidikan dan masih banyak angka kemiskinan.

Karena itu, melalui pengucuran dana Program Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal dan Khusus (P2DTK) oleh pemerintah pusat itu diharapkan tahun 2012 tidak ada lagi kawasan tertinggal di kabupaten itu.

Terhitung sejak tahun 2007 sampai 2011, Kabupaten Aceh Barat telah menghabiskan dana mencapai Rp71 miliar untuk melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan kawasan tertinggal di kawasan itu.

"Dari Rp71 miliar itu, Rp62 miliar dana APBN yang direalisasi melalui program PNPM-MPD, dan Rp8 miliar dana APBD melalui program pemberdayaan masyarakat desa terpencil telah kita habiskan dan kita berharap upaya ini tidak terputus," kata Hasan.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRK Aceh Barat, Abdul Kadir, menambahkan terlebih kawasan berjarak sekitar 70 km dari pusat kota, yakni Kecamatan Sunggai Mas, hingga kini belum mendapatkan suplai arus listrik.

Penanggulangan kemiskinan di Aceh Barat, menurutnya, bukan karena tidak adanya keseriusan pemda, akan tetapi benar terkendala oleh defisit anggaran yang hampir setiap tahun dirasakan pemerintah itu.

"Untung saja pemerintah pusat terus mengucurkan bantuan PNPM untuk daerah kita, karena memang selama ini prioritas pembangunan di Aceh Barat mengutamakan daerah yang padat penduduknya," katanya.

Menurut politisi Partai Golkar ini, strategi pembangunan ini harus dipadukan dengan aparat pemerintah kecamatan dan desa, tidak hanya dilakukan oleh pandangan konsultan managemen program, sehingga pencapaian tepat sasaran.

"Kita berharap saran-saran dari masyarakat terhadap pembanguan diikutsertakan, karena mereka lebih tahu apa yang tepat untuk pembangunan kawasan mereka, terutama arus listrik yang memang menjadi tolak ukur," ujarnya.


Sumber waspada.co.id

Pansus Rekomendasikan Stop Kegiatan PT PAAL

PT Beutami Harus Kembalikan Tanah Warga
Rabu, 13 Juli 2011 | 07:24

Meulaboh – DPRK Aceh Barat mengeluarkan rekomendasi, meminta PT PAAL untuk memberhetian oprasionalnya dalam bentuk kegiatan apapun di Hutan Aceh Barat, sebelum surat izin pengalihan status kawasan hutan turun dari Menteri Kehutanan di Jakarta. Demikian ditegaskan Ridwan MA, Ketua Pansus, kemarin.

Persentasi rapat hasil Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam Pakai Tanah PT. Beutami, digelar di DPRK Aceh Barat. Sedangkan terkait kisruh PT. Beutami, pansus DPRK juga merekomendasikan penyelesaian sengketa lahan persemean bibit kelapa sawit antara Masyarakat Teupin panah kecamatan kaway XVI, diselesaikan di lapangan secepat mungkin.

Berdasarkan surat perjanjian antara manajer PT. Beutami, Mahyudin dengan mantan Geuchik Desa Teupin Panah M. Yasin jelas mengurai perjanjian pinjam pakai selama lima tahun terhitung Tahun 2005 hingga Tahun 2010. “Jadi tanah painjam pakai seluas 100 hektar itu harus dikembalikan kembali kepada masyarakat,” kata Ramli SE, anggota Pansus.

Sementara itu, Geuchik Teupin Panah, kecamatan Kaway XVI, Hamdan menyambut baik dengan hasil rekomendasi yang dikeluarkan DPRK Aceh Barat. “Puas kami dengan kerja para anggota DPRK Aceh Barat, bearti mereka selama ini benar-benar bekerja dan menampung seluruh aspirasi warga,” kata Hamdan.

Puluhan perwakilan masyarakat dari kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Woyla juga ikut duduk dalam rapat tersebut guna mengawal hasil temuan agar disampaikan di dalam forum. Pertemuan itu dipimpin langsung Wakil Ketua DPRK Aceh Barat Masrijal, S.Si, dengan didampingi Ketua Tim Pansus HGU PT. PAAL dan Pansus Pinjam pakai tanah PT. Beutami, Ridwan. MA.

Para anggota pansus juga terlihat aktif dalam rapat tersebut, yakni Ramli, SE, Bustanuddin, Ridwan.IB, H. Amri, Ilyas Yusuf, dan Murdani. Sementara unsur eksekutif diwakili oleh Asisten I Rusmahdi, S.H, juga Kepala Kantor Bandan Pertanahan Negara (BPN) Aceh Barat, Ir.Taftazani terlihat kosentrasi penuh dengan pemaparan temuan pansus. Sementara pihak PT. PAAL dihadiri oleh Hery, selaku humas perusahan sawit tersebut, guna mengetahui secara pasti rekomenadasi DPRK terhadap perusahan mereka. (den)
Sumber Rakyataceh.com

Selasa, 09 Agustus 2011

Aceh Barat Usulkan 8.315 Ha Transmigrasi

15 July 2011
Meulaboh – Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada 2012 mengusulkan 8.315 hektare areal pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi untuk menempatkan dua ribu kepala keluarga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinsosnakertrans Kabupaten Aceh Barat Faisal di Meulaboh, Kamis menyatakan, data yang diajukan tersebut akan disampaikan pada 18 Juli 2011 ini kepada Departemen Sosial dan Tenaga Kerja.
“Kita belum tahu apakah ini nanti disetujui, karena berdasarkan tahun lalu, hanya seperempat yang diterima, sehingga tahun ini kita mencoba ajukan kembali deprogram pembaruan dan pemugaran lokasi transmigrasi melalui dana APBN,” katanya.
Untuk tahun ini tiga desa yakni Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, telah mengajukan 2.000 Ha, Desa Suak Bidok, Kecamatan Arongan, 180 Ha, dan Antong, Kecamatan Woyla Induk, mengajukan 215 Ha sebagai lokasi transmigran.
Tahun 2011, pengajuan lokasi transmigrasi yang diusulkan sebanyak 300 KK, hanya 45 KK yang disetujui, dari 2.500 Ha luas area hanya 660 Ha yang dinyatakan layak untuk ditempati berdasarkan hasil survei tata ruang kabupaten.
Berbeda dengan tahun ini, Dinsosnakertrans memprioritaskan lokasinya tidak terisolir, sehingga perusahaan swasta yang berada di Kabupaten Aceh Barat dapat mendukung keberadaan mereka sebagai lahan ekonomi.
Karena hal ini juga merupakan program daerah yakni akan menjadikan pusat pertumbuhan ekonomi di dua kecamatan yakni Sungai Mas dan Woyla, akan diprioritaskan 80 persen merupakan transmigran lokal, katanya.
“Penempatan mereka ini nantinya akan didukung oleh perusahaan swasta, sehingga visi dan misi pemerintah nyambung, menggerakan pusat ekonomi di daerah pedalaman tidak lagi hanya berpusat di kota Meulaboh,” tambahnya.
Terkait peluang membuka usaha, kata Faisal, seluruh daerah yang diajukan tersebut memiliki ladang yang cocok dari segi perekonomian, terlebih usaha kebun karet dan kelapa sawit, setelah melalui sejumlah tahapaan, yakni kesepakatan dengan masyarakat setempat, turun tim tata ruang, SK pemerintahan.
“Jika ini telah dilalui barulah kita memprioritaskan, daerah mana yang dijadikan lokasi pengembangan kelapa sawit dan yang manapula lokasi pengembangan karet, karena dua komoditas ini sanggat berpotensi di daerah kita,” kata Faisal.ant

Sumber Harian Aceh.com

Minggu, 07 Agustus 2011

Buaya Kejutkan Warga Aceh Barat

WEDNESDAY, 29 JUNE 2011 21:14

MEULABOH- Seekor buaya (Crocodile) sejak sepekan ini sering muncul di sungai Woyla, sehingga mengejutkan masyarakat di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, dan mereka takut untuk mencari pasir.

Mustafa Ali (48), anggota Komunitas Masyarakat Siaga Bencana (KMPB) di Kecamatan Woyla Barat, Rabu menyatakan, buaya yang panjangnya sekitar lima meter itu sering muncul di sungai Woyla, sehingga warga yang ingin mencari ikan dan pasir merasa takut.

Ia menyatakan, kehadiran binatang buas ini hanya memperingati anak-anak di wilayah mereka agar menjauhi sungai yang berjarak 50 meter dari pemukiman mereka.

"Buaya di sini muncul apabila anak-anak di kampung kami sudah berlama-lama di sunggai untuk mandi, memancing dan mencuci, tapi dia sampai saat ini belum memangsa penduduk kami, hanya menakut-nakuti saja," kata Mustafa.

Dikatakan, tidak jarang masyarakat setempat kaget dengan munculnya buaya di tenggah sungai Woyla yang lebar sekitar 500 meter itu saat memancing mengunakan perahu kecil, bahkan ada yang menabrak binatang melata ini, akan tetapi dengan berbicara isyarat binatang buas yang dianggap menjaga sungai mereka itu menjauh.

"Kemarin ada tetangga saya menabrak dengan sampan buaya ini tapi tidak dianiaya, setelah terasa perahunya mengesek buaya itu, dia langsung bergegas pulang, karena ketakutan," tambahnya.

Disebutkan, pada Senin (27/6) petang, binatang ini muncul jelas di tengah pemukiman warga, sehingga masyarakat dan anak-anak desa setempat berbondong-bondong menyaksikan buaya sepanjang lima meter itu bersahaja di bawah jembatan pemukiman warga.

Sementara itu, Kepala Desa Blang Luah, Usman Yusuf menyatakan, setiap setahun sekali buaya yang bermain di wilayah mereka memangsa anak-anak, bahkan ada yang hilang tahun lalu ditarik buaya itu belum diketemukan jasadnya.

"Hampir setiap tahun memang ada korbannya, tapi tahun ini belum, yang diambil tahun lalu saja jasadnya hingga kini belum diketemukan, mungkin sudah ditelan habis mana mungkin diantarkan lagi," katanya.

Dipihak lain, Aan (18) remaja desa setempat menyatakan, yang muncul di sunggai Woyla itu merupakan sebagian, jelasnya warga setempat bahkan pernah melihat dua ekor lainnya termasuk buaya puntung yang lebih besar dan panjang juga berkeliaran di sunggai Woyla itu.

"Meraka akan muncul bila air jernih, karena anak-anak di sini tempat mandinya di sungai, kalau airnya sudah mulai keruh seperti saat ini mereka bersembunyi di tebing-tebing pinggiran sunggai," kata Aan.


Sumber waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Penderes Karet Tangkap Macan

2 July 2011

Meulaboh Harian Aceh – Zulkifli (45) warga Gampong Ie Itam Baroh Kecamatan Woyla, yang sehari hari berprofesis ebagai penderes karet, Kamis (30/6) sekira pukul 9.00 WIB berhasil menangkap seekor macam dahan Sumatera (neofelis diardi) di perkebunan karet.
Penangkapan itu dilakukan bersama dua temannya Anwar dan M Raden. Sebelum berhasil mengamankan satwa liar itu, mereka mengaku sempat bergumul selama dua jam untuk bisa menaklukan macan dahan tersebut.
Zulkifli kepada wartawan mengatakan, saat ia menderes karet di kebunya, anjing yang selalu menemaninya ke hutan tiba-tiba mengong-gong bersamaan dengan itu ia mendengar suara raungan macan yang membuatnya terperanjat.
Seketika itu dua temanya yang juga penderes karet, Anwar Dan M Raden mencoba mendekati ke arah suara raungan itu, betapa mengejutkan mereka saat mendapatkan seekor macan sedang berhadapan dengan anjing pemburu milik Zulkifli bahkan anjing sempat terluka robek akibat diterkam macan.
Zulkifli mengaku ketakutan ketika mendengar raungan macan lainya di tengah hutan, bahkan M Raden dan Anwar menyebutkan itu adalah anak harimau sumatara yang selama ini meresahkan warga di Woyla, namun setelah dipastikan itu adalah macan dahan Sumatra dengan jenis betina yang hidup di daerah hutan rawa dan pengunungan.
Mereka bertiga berhasil menaklukan satwa liar sekitar pukul 11.00 WIB dengan mengunakan kain untuk menangkap macan dahan tersebut, meski anjing milik Zukifli menderita luka robek akibat digigit macan saat bergumul dalam semak belukar sebelum berhasil ditangkap.
Zulkifli dan dua temannya berhasil memboyong macan itu kerumahnya di Gampong Ie Itam Baroh, seketika itu juga kabar penangkapan harimau merebak yang membuat halaman rumah Zulkifli dipenuhi warga yang ingin menlihat langsung macan tersebut.
Selama ini di kawasan Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur merebak kabar ada tiga jenis harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) asal Aceh berkeliaran di hutan dalam tiga kecamatan itu.
Zulkifli menambahkan, ia bersama kawannya sengaja tidak melukai macan dahan itu, sebab macan dahan spesiesnya sudah langka di Aceh, ia akan mengasuh macan itu dengan memasukan dalam kerangkeng, namun jika ada yang mau membelinya dia bersama kawanya juga tidak keberatan untuk menjualnya.
Macan dahan itu memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran warna warni dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang telinga. Selain itu mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam.
Macan dahan adalah hewan nokturnal yang aktif berburu di malam hari. Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara pepohonan. Mangsa macan dahan terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran seperti kera, ular, mamalia kecil, burung, rusa. Macan dahan menggunakan lidahnya untuk membersihkan bulu-bulu sebelum memakan mangsanya. Karena hilangnya habitat hutan, populasi yang terus menyusut dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk diambil bulunya, konsumsi, dan obat-obatan tradisional di beberapa negara.(cwn)

Sumber harian Aceh.com

Selasa, 02 Agustus 2011

Aceh Barat Krisis Air Bersih

18 June 2011

Meulaboh|Harian Aceh – Kemarau panjang sejak satu bulan terakhir mengakibatkan ribuan warga di Kabupaten Aceh Barat mengalami krisis air bersih. Sumur milik warga mengalami kekeringan, sehingga warga sulit mendapatkan air bersih.
Arianto, warga Gampong Langung Kecamatan Meureubo, kepada wartawan, Jumat (17/6) menuturkan dalam sepekan terakhir sumur yang biasa dipakai untuk mendapatkan air mulai kering. ”Sumur kami sudah nampak alas sumur, tak ada lagi air, hanya keruh kalau kita timba,” katanya.
Hal serupa juga terjadi kecamatan lainnya, Bustami. Salah seorang warga Cot Lagan Kecamatan Woyla, mengatakan dalam beberapa hari terakhir sejumlah warga di desa itu terpaksa mengambil air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. “Meski air sungai tidak bersih dan bewarna kuning terpaksa kami ambil, karena tak ada solusi lain,” paparnya.
Menurut Bustami, selama ini tak ada solusi dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat guna mengantisipasi krisis air bersih di desanya. “Tak ada pihak PDAM yang datang kemari atau pun pihak lain yang membawa air bersih, meski pun hal ini selalu kami alami setiap musim kemarau” pungkas Bustami.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

Senin, 01 Agustus 2011

Gangguan Gajah Ambil Korban

THURSDAY, 02 JUNE 2011 21:10

MEULABOH - Gangguan gajah (Elephas maximus) yang meresahkan warga Kec. Pante Cereumen dan Kaway XVI Kab Aceh Barat sejak sepekan terakhir, akhirnya menelan korban. Alamsyah Bin Hamzah, 35, warga desa Alue BulohKec Kaway XVI menderita patah tulang pinggul setelah diserang mamalia berbelalai itu.

Selain menderita patah tulang pinggul, korban juga mengalami pembengkakan di pipi kiri, dan terpaksa menjalani perawatan di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh. Penyerangan terjadi saat korban bersama ayahnya menuju kebun karet di kawasan Calue, perbatasan Kab. Aceh Barat dan Nagan Raya. Namun di tengah perjalanan, tepatnya kawasan Gunung Tanoh Kuneng, korban yang mengendarai sepeda motor berpapasan dengan gajah.

“Karena berpapasan dengan gajah sepeda motor dihentikan anak saya. Jarak kami sekitar 20 meter dengan gajah. Tapi bukannya masuk ke dalam hutan, gajah langsung mengejar kami yang berada di atas sepeda motor,” kata M. Hamzah, 60.

Melihat gajah mulai marah, Alamsyah langsung melempar sepeda motornya di atas badan jalan dan lari ke kawasan perkebunan karet disekitar lokasi. Namun karena lokasi yang dipenuhi belukar diduga korban terjatuh dan diserang gajah yang diperkirakan berjenis kelamin jantan tersebut.

“Waktu itu saya sudah pasrah karena tidk tahu lari kemana. Sedang Alamsyah masuk kesemak disekitar kawasan berbukit. Saya sempat berteriak karena mendengar anak minta bantuan,”kata M Hamzah. M Hamzah mengatakan, mendengar teriakan, gajah sempat balik hendak menyerang dirinnya. Namun hal itu tidak terjadi setelah dirinya memberikan isyarat ke hewan tersebut.

“Saya bilang, apa tidak cukup kamu sudah celakakan anak saya,”kisah Hamzah pilu saat ditemui diruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Hamzah menyebutkan, setelah gajah pergi, ia langsung melihat kondisi anaknnya yang sudah tak berdaya didalam semak –semak dan langsung membawannya kerumah sakit. Beruntung, kata Hamzah, anaknya tidak sampai diinjak hewan berbelalai tersebut.

“Dia tidak diinjak tapi hanya dihempas oleh gajah, karena kalau diinjak kondisinya parah lagi,”kata Hamzah. Belum Mendapat Perhatian Rustam, 38 warga Alue Buloh mengatakan gangguan gajah sejak sepekan terakhir sangat meresahkan warga di Kec Kaway XVI. Namun kata Rustam belum ada upaya dari pihak terkait untuk menghalau gajah-gajah liar tersebut ke tengah hutan.

Menurutnya, selama ini warga hanya melakukan upaya-upaya tradisional untuk mengusir gajah, namun kondisi itu tidak bertahan lama, gajah kembali turun kepemukiman warga. Dikatakan, gajah tidak hanya merusak belum lahan pertanian warga tapi juga lumbung padi tempat penyimpanan hasil panen.

“Di kawasan tranmigrasi ada 100 rumah yang rusak tapi sampai sekarang tidak ada bantuan apapun. Sekarang warga resah saat hendak menuju kebun mereka. Harapan kami pihak terkait mengatasi ini agar tidak jatuh korban lagi,”pungkasnya.

Seperti diberitakan waspada sebelumnya, ganguan gajah juga terjadi di kecamatan Pante Cereumin Kab Aceh Barat. Menurut warga umumnya gajah turun dimalam hari memakan tanaman di kebun-kebun warga seperti pisang, Pinang dan Kelapa Sawit. Gajah juga merusak lumbung tempat penyimpanan padi warga.

Sumber Waspada.co.id

Warga Trauma Gangguan Gajah

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 16:11

MEULABOH - Setelah sempat diresahkan dengan gangguan Gajah sejak Jumat malam kemarin, intensitas gangguan Gajah di Desa Lango Kec. Pante Cereumen, Kab. Aceh Barat dilaporkan mulai mereda. Meski demikian warga mengaku masih cemas, karena hewan berbelalai itu masih berada di lokasi transmigrasi yang berjarak sekitar 2 km dari pemukiman.

“Sekarang sudah mulai tenang, karena saat malam hari Gajah tidak lagi masuk ke pemukiman. Tapi gajah masih bertahan di lokasi transmigrasi,” kata Sekretaris Desa Lango, T Jusmadi.

Menurut Jusmadi, jumlah hewan berbelali tersebut lebih dari satu ekor. Namun hanya satu ekor yang sempat masuk dan merusak lahan pertanian warga saat masuk ke pemukiman warga pada Jumat lalu. Sementara, beberapa ekor gajah hanya sampai di lokasi transmigrasi.

“Malam sebelumnya yang turun dan merusak hanya satu ekor, tapi setelah kami lihat ke lokasi transmigrasi ternyata di sana juga ada beberapa ekor gajah. Tapi jumlahnya tidak bisa saya pastikan, mungkin sekitar 5 ekor," katanya.

Hingga saat ini. kata Jusmadi, belum ada pihak dari instansi terkait yang datang untuk meninjau langsung lokasi gangguan gajah. Warga berharap pihak terkait segera mengatasi gangguan hewan tersebut karena dikhawatirkan akan kembali turun ke perkampungan warga.

“Sejak masuk pada jumat malam lalu, gajah memang tidak pernah masuk lagi, tapi sebagian besar warga masih cemas jika sewaktu-waktu hewan tersebut kembali masuk dan merusak tanaman mereka,” ujar T. Jusmadi.

Sumber : Waspada.co.id