Sabtu, 13 November 2010

Banjir Makin Parah di Pesisir Barat

* Pengungsi Capai 50.000 Jiwa Lebih

Pengguna jalan mendorong sepeda motor melintasi genangan banjir di Desa Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan, lintas Meulaboh-Tutut, Aceh Barat, Sabtu (13/11) sore.SERAMBI/DEDI ISKANDAR
MEULABOH - Banjir yang melanda pesisir barat Aceh yang terjadi sejak Kamis (11/11) malam dilaporkan semakin parah. Data sementara hingga tadi malam, pengungsi di Aceh Barat mencapai 46.888 jiwa dan di Aceh Jaya 4.68 jiwa. Beberapa titik badan jalan, baik di lintasan Meulaboh-Banda Aceh maupun Meulaboh-Tutut terendam bahkan ada yang amblas sehingga transportasi ikut terganggu.

Khusus di Aceh Barat, sebagaimana data yang dihimpun Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi setempat, korban banjir yang harus mengungsi tercatat masing-masing Kecamatan Johan Pahlawan 3.978 jiwa, Samatiga 1.661 jiwa, Bubon 1.393 jiwa, Arongan Lambalek 8.898 jiwa, Woyla 6.449 jiwa, Woyla Barat 4.272 jiwa, Woyla Timur 3.329 jiwa, Kaway XVI 5.343 jiwa, Meureubo 7.421 jiwa, Pante Ceureumen 712 jiwa, Sungaimas 1.146 jiwa, dan Panton Reue 3.111 jiwa.

Korban banjir yang mencapai 46.000 jiwa lebih tersebut, menurut Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, Drs Mursalin Abdullah ditempatkan di sekolah, gedung pemerintah, masjid, atau lokasi lainnya yang dianggap aman, termasuk kawasan perbukitan. “Tenaga kesehatan disiagakan di lokasi pengungsian untuk memantau kesehatan pengungsi,” kata Mursalin dibenarkan Asisten II Setdakab Aceh Barat Bidang Kesejahteraan Sosial, Drs Adami Umar MPd.

Adami menambahkan, hujan deras dan banjir luapan juga mengakibatkan empat titik badan jalan di lintas Meulaboh-Tutut tepatnya di Kecamatan Sungaimas seperti di Desa Lancong (Kilometer 48, 49, 52, dan 58 amblas dan longsor. Akibatnya, arus transportasi terganggu karena ruas jalan itu sulit dilalui.

Selain itu, lanjut Adami, badan jalan di Desa Geudong, Kecamatan Sungaimas juga amblas akibat longsor. Bahkan tiang jembatan gantung di Desa Kajeung miring diterjang banjir. “Jumlah kerugian belum diketahui,” katanya.

Hingga tadi malam proses distribusi bantuan untuk korban banjir terus diupayakan oleh Pemkab Aceh Barat dibantu para relawan. Namun penyaluran bantuan tidak berjalan lancar karena ketinggian air di lokasi-lokasi tertentu mencapai 80 sentimeter hingga stu meter. “Kita menggunakan speed boat dan truk tronton untuk menembus kawasan-kawasan tertentu,” kata Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat.

Wakil Ketua DPRK Aceh Barat, Herman Abdullah melaporkan, abutment jembatan di Desa Sawang Teubee, Kecamatan Pante Ceureumen rusak dan amblas ke dasar sungai akibat diterjang banjir. Musibah itu menyebabkan macetnya arus transportasi masyarakat. “Persoalan ini harus segera diatasi,” kata Herman.

Bupati Aceh Barat, Ramli MS yang sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah, kepada Serambi melalui saluran telepon internasional, Sabtu (13/11) sore menyatakan keprihatinan mendalam atas musibah banjir di daerahnya dan beberapa wilayah lain. “Kami bersama sejumlah jemaah asal Aceh dari berbagai daerah berdoa semoga musibah segera berakhir,” ujar Ramli.

Aceh Jaya
Di Kabupaten Aceh Jaya, hingga Sabtu kemarin banjir yang melanda Kecamatan Teunom dan Krueng Sabe juga semakin parah. Jumlah pengungsi mencapai 4.068 jiwa, dengan rincian dari desa-desa di Kecamatan Teunom 2.457 jiwa dan dari Krueng Sabee 1,611 jiwa.

Hingga pukul 15.00 WIB kemarin, arus transportasi masih terganggu di lintas Calang-Meulaboh, tepatnya di Desa Gampong Baro, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya. Kendaraan roda dua masih belum bisa melewati banjir yang merendam badan jalan. Masyarakat setempat memanfaatkan kondisi itu untuk menjual jasa penyeberangan sepeda motor dengan menggunakan becak mesin. “Tarifnya Rp 10.000/kendaraan,” kata seorang pengguna jalan.

Amatan Serambi ganguan transportasi bukan hanya di Gampong Baro, Kecamatan Teunom tetapi juga di kawasan Desa Teupin Peraho hingga Peribu di Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat. Di kawasan ini sepanjang dua kilometer badan jalan nasional digenangi banjir dengan ketinggian mencapai satu meter lebih. Kendaraan roda dua yang mengunakan jasa truk dan speed boat dikenakan tarif antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000/unit.

Kepala Dinas Sosial, Tenagan Kerja dan Transmigrasi Aceh Jaya, Azhar kepada Serambi mengatakan, hingga pukul 19.00 WIB, Sabtu (13/11), pengungsi korban banjir di wilayahnya mencapai 4.068 jiwa. Mereka berasal dari 23 desa di Kecamatan Teunom yang rata-rata terendam mencapai satu meter. Sedangkan di Kecamatan Kreung Sabe, hanya beberapa desa saja yang teremdam, seperti Desa Bunta, Panggong, Ranto Panjang, Mon Mata, dan Paya Mantok. “Kami terus memantau perkembangan di lapangan dengan melibatkan tim Tagana, SAR dan RAPI. Distribusi bantuan untuk pengungsi terus kita upayakan,” kata Azhar.

Abdya
Dari Aceh Barat Daya (Abdya) dilaporkan, tiga kecamatan di kabupaten itu juga dilanda banjir akibat hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (12/11). Hingga Sabtu kemarin sejumlah desa di Kecamatan Kulaa Batee, Babahrot, dan Susoh terendam.

Desa-desa di Kecamatan Kuala Batee yang terendam banjir antara lain Keude Baro, Ie Mameh, Lueng Geulumpang, Dusun Suka Tani Lhok Gajah, Dusun Rumah Panjang Krueng Batee, serta Dusun Alue dan Diwi Alue Pade. Di Kecamatan Susoh, Desa Ujong Padang dan Pulau Kayu, sedangkan di Kecamatan Babahrot banjir merendam Dusun Lhok Mane Alue Jeurjak. “Saat banjir datang, warga panik dan secepatnya mengunssi ke tempat aman. Selain merendam rumah, ratusan hektare sawah dan perkebunan berubah layaknya sungai,” kata Sekretaris Desa Ie Mameh, Zainuddin, kepada Serambi, Jumat (12/11) malam.

Seorang tokoh muda Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee, Munir Karo mengatakan, untuk mengantisipasi persoalan banjir di wilayah itu harus dilakukan pengerukan aliran Krueng Batee dan Krueng Babahrot yang semakin dangkal. 

Sebelumnya, Wagub Aceh Muhammad Nazar ketika berkunjung ke kawasan tersebut pascabanjir beberapa bulan lalu sempat menjanjikan akan menyahuti harapan masyarakat untuk menanggulangi musibah banjir rutin itu. “Namun hingga kini belum terealisasi,” kata Munir.(edi/c45/tz/nun/sup)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar