Senin, 28 Maret 2011

500 Hektare Lahan Gambut Terbakar

* BMKG: Bermunculan 88 Titik Api
Sat, Feb 12th 2011, 11:41

MEULABOH - 500 Hektare (ha) lahan gambut di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, sejak Kamis hingga Jumat (10-11/2) kemarin dibakar segelintir warga yang membuka lahan untuk berkebun. Akibatnya, muncul kabut asap yang spektrumnya makin meluas, terutama pada malam hari. “Bila tidak cepat ditanggulangi, dikhawatirkan ribuan masyarakat yang tersebar di sejumlah kecamatan di Aceh Barat bakal terganggu pandangan dan pernapasannya, karena kebakaran yang tak terkendali itu menimbulkan kabut asap yang tebal,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi, Jumat (11/2) sore.

Menurutnya, dampak dari pembakaran lahan gambut seluas 500 ha itu tergolong berbahaya. Bukan saja kepada kesehatan manusia, tetapi juga berdampak buruk secara ekologis, karena bisa memicu terjadinya kebakaran lahan yang lebih besar lagi. Apalagi saat ini sedang musim kemarau, sehingga titik api di luasan 500 ha itu sangat mungkin merembet ke lokasi di sekitarnya, sehingga spektrum lahan yang terbakar bertambah besar. “Oleh karenanya, kebakaran lahan ini harus segera dicegah aparat kepolisian, karena ini merupakan tindak kriminal, mengingat lahan yang dibakar itu termasuk areal hutan dan tentu saja merusak lingkungan,” tegas Teuku Dadek.

Menurut Dadek, alat pemadam kebakaran yang kini dimiliki Pemkab Aceh Barat tidak mampu mengatasi kebakaran lahan yang kini terjadi di Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, mengingat lokasi yang lahan gambutnya dibakar itu berada jauh di kawasan hutan. Dengan sendirinya, selang air dari mobil pemadam yang panjangnya hanya 400 meter, tak mampu menjangkau kobaran api di lahan gambut tersebut. Untuk mengatasi dampak dari pembakaran lahan yang tak terkendali itu, pihaknya kini terpaksa menggelar rapat dengan sejumlah instansi di Aceh Barat guna mencari solusi, termasuk mencari langkah penanganan musibah yang sewaktu-waktu bisa terjadi di kabupaten itu. Minta bantu ke Medan

Teuku Dadek juga menyatakan, apabila kebakaran lahan di Aceh Barat terus terjadi dan lingkupnya meluas, maka pihaknya terpaksa meminta bantuan Tim Penanggulangan Bencana di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) untuk mengirimkan armada dan alat pemadam kebakaran ke Aceh Barat. “Secara teknis, untuk penanganannya memang dibutuhkan tenaga dari luar,” kata Teuku Dadek. Apalagi, menurutnya, ancaman kabut asap yang timbul akibat pembakaran lahan gambut itu dapat mengganggu pernapasan dan memperpendek jarak pandang warga yang berada maupun yang melintas di sekitarnya.

Turunkan tim
Secara terpisah, Kapolres Aceh Barat, AKBP Djoko Widodo MSi yang dikonfirmasi Serambi kemarin membenarkan adanya pembakaran lahan yang dilakukan warga di Kecamatan Samatiga. Namun, tentang kejadian di Arongan Lambalek, ia mengaku belum mendapat laporan. Menurut Kapolres, untuk mengatasi dampak kebakaran lahan di Aceh Barat itu, pihaknya segera menurunkan tim ke lokasi untuk menyelidiki, sehingga pihak aparat penegak hukum bisa memastikan langkah hukum yang tepat.

Muncul titik api
Dari Dumai, petugas Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riau menyatakan, saat ini di Sumatera mulai bermunculan titik api dengan deteksi sementara berjumlah 80 titik panas (hotspot). Petugas Analisis BMKG Riau, Marzuki, kepada ANTARA di Dumai, Rabu (9/2), menjelaskan, sejumlah titik api tersebut terpantau oleh Satelit NOAA 18 sejak Selasa (8/2) hingga Rabu.

“Ke-80 titik api tersebut tersebar di sejumlah wilayah Sumatera mulai dari Provinsi Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, berikut Jambi,” terangnya. Khusus hotspot di Riau, terang Marzuki, terdapat 39 titik yang tersebar hampir diseluruh wilayah kota/kabupaten. Kabupaten Kampar menjadi “sarang” hotspot terbanyak dengan jumlah sebelas titik api yang tersebar di sejumlah wilayah perkebunan dan lahan hutan di sana.

“Akibat bermunculannya titik api tersebut, besar kemungkinan wilayah Sumatera bagian selatan atau timur laut seperti Jambi dan Sumatera Selatan akan diselimuti kabut asap, mengingat arah angin mulai mengarah ke sana,” urainya. Marzuki menerangkan, berdasarkan prediksi cuaca dan menurut pantauan mata angin, kemungkinan “ekspor” asap akibat titik api ini ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia sangat kecil, karena arah angin cenderung ke daratan Sumatera. (edi/ant)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar