Kamis, 26 Mei 2011

Banjir Luapan Landa Pedalaman Aceh Barat

* Seribuan Warga Mengungsi
Wed, Mar 30th 2011, 10:48


Bupati Aceh Barat, Ramli MS (kiri) berada di salah satu titik pengungsian korban banjir di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Selasa (29/3) malam. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Enam desa di pedalaman Kabupaten Aceh Barat, yaitu Cangge, Lawet, Lango, Pulo Teungoh, Manjeng, Seumantok, dan Ketambang, Kecamatan Pante Ceureumen, tadi malam disapu banjir luapan. Seribuan warga mengungsi bahkan tak sedikit yang masih terkurung di rumah atau di atas pohon. Belum ada laporan korban jiwa, namun tujuh sepeda motor hanyut diterjang arus.

Banjir tak ubahnya air bah itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB setelah hujan deras mengguyur sejak lima hari terakhir menyebabkan Krueng Pante yang melintasi keenam desa itu meluap. “Luapannya sangat deras menyapu permukiman. Masyarakat panik luar biasa dan berlarian sambil menyelamatkan anggota keluarga masing-masing,” lapor Abdul Hamid, seorang warga Pante Ceureumen yang dihubungi Serambi sekitar pukul 21.00 WIB tadi malam.

Akibat cepatnya luapan, tak sedikit masyarakat yang terjebak di rumah masing-masing bahkan ada yang memanjat ke pohon untuk menyelamatkan diri. “Ini musibah terbesar selama beberapa tahun terakhir,” kata warga lainnya, Teuku Revandi Johas.

Teuku Revandi menginformasikan, selain merendam permukiman dengan ketinggian air berkisar antara 1,5-2 meter, sebanyak tujuh unit sepeda motor milik warga setempat yang sedang melintas hanyut terbawa arus. “Malam ini kami berada di pengungsian,” ujar Revandi melalui saluran telepon selular.

Camat Pante Ceureumen, M Nur Yasin yang dihubungi Serambi menyebutkan perkiraan jumlah warga yang mengungsi akibat musibah itu mencapai seribuan orang. “Kita masih terus mendata jumlah pastinya, termasuk warga yang masih terkurung,” kata M Nur.

Titik-titik pengungsian korban banjir dari keenam desa tersebut, menurut Camat M Nur, antara lain masjid serta beberapa sekolah. “Kebanyakan yang mengungsi kaum perempuan dan anak-anak. Untuk sementara ada yang tidur di lantai karena kondisi yang masih sangat darurat. Kami sudah laporkan bencana ini ke kabupaten,” katanya.

Kabag Humas Setdakab Aceh Barat Muhammad Amin SH mengatakan, setelah menerima laporan terjadinya bencana di Pante Ceureumen, pemkab terus berupaya mengumpulkan bantuan dan relawan bersama petugas terkait untuk diterjunkan ke lokasi untuk melakukan penanggulangan keadaan darurat, termasuk distribusi bantuan. “Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinsosnakertrans dan BPBD untuk menyalurkan bantuan makanan serta kebutuhan darurat lainnya,” demikian Muhammad Amin.

Wilayah selatan
Hujan lebat disertai angin kencang dilaporkan masih melanda wilayah selatan Aceh, mulai dari Kabupaten Abdya hingga Aceh Selatan. Aktivitas warga terganggu, puluhan rumah terendam. Bahkan di Kabupaten Aceh Singkil, badai belum juga ada tanda-tanda mereda.

Di Kabupaten Aceh Selatan, hujan deras yang menggutur sejak Minggu (27/3) mengakibatkan Krueng Beutong di Kecamatan Kota Bahagia meluap mengakibatkan puluhan rumah di Desa Beutong dan Jambo Keupuk terendam.

Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid kepada Serambi, Selasa (29/3) mengatakan, banjir luapan Krueng Beutong mulai merendam rumah penduduk pada Selasa subuh sekitar pukul 04.00 WIB. Ketinggian air rata-rata mencapai 50 cm.

Luapan Krueng Beutong yang bermuara ke Krueng Bakongan itu juga merendam badan jalan menyebabkan jalur darat dari Desa Beutong ke Seuneubok Keranji sulit dilintasi kendaraan bermotor.

Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Trumon Tengah, Aceh Selatan, Drs Muhammad Zain melaporkan, hujan deras juga mengguyur wilayahnya. Meski belum ada rumah yang terendam, namun warga tetap siaga. “Ketinggian permukaan air sungai Krueng Gelombang yang merupakan muara Sungai Alas, Aceh Tenggara semakin mengkhawatirkan,” kata Zain.

Hujan lebat disertai angin kencang juga melanda wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) hingga Selasa sore kemarin. Masyarakat yang bermukim di kawasan rawan banjir semakin meningkatkan kewaspadaan karena khawatir terjadi banjir luapan. “Cuaca masih tetap memburuk, aktivitas masyarakat terganggu,” kata Nasruddin, seorang warga Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee, kepada Serambi, kemarin.

Badai belum reda
Badai yang menerjang laut Singkil, hingga Selasa (29/3) belum reda sehingga sejak empat hari terakhir aktivitas nelayan lumpuh total. Selain badai, hujan dengan intensitas sedang juga terus mengguyur menyebabkan beberapa daerah langganan banjir mulai tergenang.

Sedangkan di wilayah utara Aceh, cuaca buruk juga masih melanda Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menyebabkan nelayan di kedua daerah itu belum berani melaut. Ratusan boat dilabuh di dermaga TPI Pusong dan Kuala Keureutoe, Meuraksa, Bayu, Kuala Cangkoi, Seunuddon dan Kuala Jambo Aye. “Kami imbau nelayan agar tetap menahan diri untuk tidak melaut dalam kondisi cuaca buruk begini. Bahkan pencarian seorang korban hilang, yaitu nelayan dari Buluka Teubai, belum bisa dilakukan oleh tim SAR karena gelombang tinggi dan hujan deras,” demikian M Yusuf Sulaiman.

Boat tenggelam
Dari Bireuen dilaporkan, sebuah boat pancing milik M Yunus Saleh (65), warga Desa Meunasah Blang, Kecamatan Jeunieb tenggelam diterjang ombak saat hendak melaut, Selasa (29/3). Musibah itu terjadi di Kuala Jeunieb, tepatnya di Desa Lancang, sekitar pukul 17.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Kejadian itu berawal ketika M Yunus bersama anaknya, Zulfikar (31) hendak melaut. Namun ketika mereka baru keluar dari mulut kuala, tiba-tiba datang ombak besar dan langsung menghantam boat mereka. Akibatnya boat milik nelayan miskin itu hancur terbelah dua dan tenggelam. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 22 juta.(edi/az/tz/c39/ib/c38)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar