Kamis, 26 Mei 2011

Banjir Meluas di Aceh Barat

* 100 Desa Terendam, Pengungsi Capai 7.291 Jiwa
Thu, Mar 31st 2011, 10:39


Warga melewati genangan banjir di kawasan Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat, Rabu (30/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Hujan deras disertai meluapnya sejumlah sungai besar di wilayah barat-selatan Aceh menyebabkan beberapa kawasan terendam, bahkan di Aceh Barat cakupan bencana dilaporkan meluas hingga mencapai 100 desa yang tersebar dalam delapan kecamatan. Hingga pukul 21.00 WIB tadi malam, pengungsi korban banjir luapan di Aceh Barat dilaporkan sudah mencapai 7.291 jiwa dan terus bertambah.

Banjir luapan di Aceh Barat terjadi sejak Selasa (29/3) malam dengan cakupan masih terbatas pada beberapa desa di Kecamatan Pante Ceureumen. Namun luapan sejumlah sungai besar terus meningkat sehingga tujuh kecamatan lainnya, yaitu Panton Reue, Woyla Barat, Woyla Timur, Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, Meureubo, dan Kaway XVI menjadi sasaran.

Data sementara hingga tadi malam, tidak kurang 100 desa yang tersebar dalam delapan kecamatan itu terendam. Jumlah pengungsi sudah mencapai 7.291 jiwa. Sedangkan jumlah korban banjir seluruhnya--termasuk yang masih terkurung--diperkirakan mencapai 27.478 jiwa atau sekitar 5.447 kepala keluarga (KK).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, HT Ahmad Dadek SH kepada Serambi tadi malam melaporkan, ketinggian air rata-rata yang merendam 100 desa dalam delapan kecamatan berkisar antara 1-2,5 meter. “Warga tak mungkin lagi bertahan, sehingga gelombang pengungsian tek terbendung,” kata Dadek.

Pihak BPBD Aceh Barat masih terus mendata jumlah korban banjir maupun pengungsi karena ada kecenderungan bertambah seiring semakin meluasnya cakupan banjir.

Untuk menanggulangi kebutuhan masa darurat untuk korban bencana, pihak BPBD bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah membuka dapur umum pada titik-titik tertentu seperti di Kecamatan Woyla Barat dan Johan Pahlawan. Sedangkan untuk mengevakuasi korban banjir dan masyarakat yang terkurung, telah diturunkan tim relawan dengan kekuatan empat unit mobil beserta dua perahu karet. Evakuasi melibatkan tim SAR, Meulaboh Rescue, serta Tagana. Pemkab Aceh Barat juga telah menerima bantuan dari Dinas Sosial Aceh berupa pakaian (daster) dan telur 10.000 butir.

Pada Rabu kemarin Bupati Aceh Barat, H Ramli MS mengunjungi korban banjir di Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat. Menurut Ramli, banjir juga telah mengambrukkan sebuah rumah di Kecamatan Panton Reue. “Kami minta pihak provinsi terus memberikan bantuan, karena bencana ini tak mampu ditangani pihak kabupaten saja,” kata Ramli.

Dalam rangkaian peninjauan titik-titik banjir di kawasan pedalaman Aceh Barat, Bupati Ramli menggunakan perahu dan perahu yang digunakan Bupati Ramli bersama wartawan dan seorang pejabat di jajarannya, pada Rabu siang kemarin sempat terbalik namun tak berakibat fatal.

Kabag Humas Setdakab Aceh Barat, M Amin SH mengatakan, sejumlah lembaga pendidikan di kecamatan yang terkena banjir terpaksa menghentikan aktivitas.

Banjir juga mengepung sejumlah kawasan di Kabupaten Nagan Raya, seperti desa-desa di Kecamatan Darul Makmur dan Tadu Raya. “Ketinggian air di titik-titik tertentu mencapai satu meter. Aktivitas warga terhenti, termasuk sekolah,” kata staf Humas Setdakab Nagan Raya, Zulkifli Jarid, tadi malam.

Aceh Jaya
Di Kabupaten Aceh Jaya, banjir merendam belasan desa di Kecamatan Teunom, Panga, Krueng Sabe, dan Sampoiniet. Banjir luapan itu menerjang sejak menjelang tengah malam, Selasa (29/3) dan masih mengepung hingga menjelang sore kemarin dengan ketinggian air antara 70 cm hingga satu meter.

Di Kecamatan Panga, setidaknya ada enam desa yang terendam, yaitu Panton Krueng, Gampong Harapan, Kuta Tuha, Batee Meutudong, Gunong Buloh, Babah Ceupan, dan Tuwi Kareung. “Ada sekitar 800 KK (3.000 jiwa) di keenam desa tersebut,” kata Camat Panga, Ichwan SSos.

Di Kecamatan Krueng Sabee, data sementara hingga sore kemarin, desa-desa yang terendam di antaranya Buntha, Panggong, Ranto Panjang, Alue Tho, Curek, Monmata, Keude Krueng Sabee dan Paya Seumantok. Dari 764 KK (2.568 jiwa) yang tersebar dalam delapan desa tersebut, sebagian besar di antaranya sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau menumpang di rumah-rumah famili. “Ketinggian air rata-rata 50 cm hingga 1,5 meter,” kata Camat Krueng Sabee, Mawardi M Ali.

Sedangkan di Teunom, desa-desa langganan banjir kembali mengalami musibah, yaitu Rambong Payong, Pasi Pawang, Pasi Geulima, Pasi Tulak Bala, Paya Baro, dan Gampong Baro. Ekses lainnya, arus transportasi di jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh di Desa Gampong Baro, Kecamatan Teunom sejak pagi kemarin terganggu karena badan jalan terendam. “Kendaraan roda empat seperti L-300 harus didorong oleh masyarakat dengan jasa sekitar Rp 30.000 hingga Rp 50.000/mobil, sedangkan kendaraan roda dua diseberangkan dengan becak dengan tarif Rp 15.000/kendaraan,” kata Camat Teunom, Thaharuddin.

Banjir yang menerjang Aceh Jaya kali ini juga merendam Desa Alue Groe di Kecamatan Sampoiniet. Namun hingga sore kemarin, dari seluruh kawasan yang terendam di Kabupaten Aceh Jaya, belum ada laporan korban jiwa. “Meski demikian kita imbau warga tetap waspada,” kata Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Molitas Penduduk Aceh Jaya, Azhar.

Menurut Azhar, dari empat kecamatan di wilayahnya yang terendam banjir luapan, ada 20 desa yang terimbas. Bahkan, di Kecamatan Panga, sebagian gabah hasil panen terendam karena luapan terjadi sangat cepat. Sekitar pukul 15.00 WIB kemarin, genangan berangsur surut dan beberapa ruas jalan mulai normal.

Singkil
Di Kabupaten Aceh Singkil, ratusan rumah dan fasilitas umum lainnya termasuk areal pertanian terendam banjir luapan sejak Rabu (30/3) dini hari. Pantauan Serambi, banjir terparah menggenangi kawasan Handel dan Solok, Kecamatan Gunung Meriah. Juga Rantau Gedang dan Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil. Di kawasan itu ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa. “Sebagain warga sudah mengungsi,” kata seorang warga setempat, Irwan.

Banjir juga merendam jalan Gunung Meriah menuju Singkohor dan Kota Baharu. Ketinggian air di jalan lebih selutut orang dewasa. Pengendara sepeda motor tidak bisa melintas. Luapan juga merendam ratusan hektare sawah di pinggiran sungai.

Kepala Bagian Produksi Dinas Pertanian Aceh Singkil, Kuatno mengatakan, pendataan sementara luas sawah yang terendam 175 hektare, terbanyak di Kecamatan Simpang Kanan.

Aceh Selatan
Dari Tapaktuan dilaporkan, banjir luapan yang melanda desa-desa di Kecamatan Kota Bahagia sejak Selasa (29/3) berangsur surut. Namun belasan rumah di Desa Beutong, hingga Rabu siang masih terendam. “Alhamdulillah, genangan air sudah mulai surut,” kata Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid.

Menurut Rasyid dibenarkan Wakil Ketua DPRK Aceh Selatan, Khaidir Amin, Desa Beutong dan sekitarnya sangat rawan banjir, bahkan bisa mencapai tiga kali setahun. Ini disebabkan kurang berfungsinya saluran pembuang sehubungan makin dangkalnya Krueng Beutong.

Lhokseumawe
Hujan lebat bukan hanya mengguyur wilayah barat-selatan Aceh tetapi juga kawasan utara, termasuk Kota Lhokseumawe.Hujan yang mengguyur Kota Lhokseumawe selama dua jam sejak pukul 19.30 WIB tadi malam menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang sebatas lutut, seperti Jalan T Chik Ditiro, Samudera, Pulo Baroh, Teuku Umar, dan Malikussaleh.

Bahkan di kawasan Lancang Garam, banjir genangan masuk ke rumah-rumah penduduk. Musibah serupa juga dialami masyarakat Desa Kampung Keuramat, Kampung Cina, Tumpok Teungoh, Hagu, dan sejumlah desa lainnya. “Harus ada solusi secepatnya untuk mengatasi masalah rutin ini,” kata Ketua Kadin Lhokseumawe, H Husaini Setiawan, menyikapi persoalan banjir genangan tersebut.(edi/c45/az/c39/ib)

Sumber : Serambinews.com

Banjir Luapan Landa Pedalaman Aceh Barat

* Seribuan Warga Mengungsi
Wed, Mar 30th 2011, 10:48


Bupati Aceh Barat, Ramli MS (kiri) berada di salah satu titik pengungsian korban banjir di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Selasa (29/3) malam. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

MEULABOH - Enam desa di pedalaman Kabupaten Aceh Barat, yaitu Cangge, Lawet, Lango, Pulo Teungoh, Manjeng, Seumantok, dan Ketambang, Kecamatan Pante Ceureumen, tadi malam disapu banjir luapan. Seribuan warga mengungsi bahkan tak sedikit yang masih terkurung di rumah atau di atas pohon. Belum ada laporan korban jiwa, namun tujuh sepeda motor hanyut diterjang arus.

Banjir tak ubahnya air bah itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB setelah hujan deras mengguyur sejak lima hari terakhir menyebabkan Krueng Pante yang melintasi keenam desa itu meluap. “Luapannya sangat deras menyapu permukiman. Masyarakat panik luar biasa dan berlarian sambil menyelamatkan anggota keluarga masing-masing,” lapor Abdul Hamid, seorang warga Pante Ceureumen yang dihubungi Serambi sekitar pukul 21.00 WIB tadi malam.

Akibat cepatnya luapan, tak sedikit masyarakat yang terjebak di rumah masing-masing bahkan ada yang memanjat ke pohon untuk menyelamatkan diri. “Ini musibah terbesar selama beberapa tahun terakhir,” kata warga lainnya, Teuku Revandi Johas.

Teuku Revandi menginformasikan, selain merendam permukiman dengan ketinggian air berkisar antara 1,5-2 meter, sebanyak tujuh unit sepeda motor milik warga setempat yang sedang melintas hanyut terbawa arus. “Malam ini kami berada di pengungsian,” ujar Revandi melalui saluran telepon selular.

Camat Pante Ceureumen, M Nur Yasin yang dihubungi Serambi menyebutkan perkiraan jumlah warga yang mengungsi akibat musibah itu mencapai seribuan orang. “Kita masih terus mendata jumlah pastinya, termasuk warga yang masih terkurung,” kata M Nur.

Titik-titik pengungsian korban banjir dari keenam desa tersebut, menurut Camat M Nur, antara lain masjid serta beberapa sekolah. “Kebanyakan yang mengungsi kaum perempuan dan anak-anak. Untuk sementara ada yang tidur di lantai karena kondisi yang masih sangat darurat. Kami sudah laporkan bencana ini ke kabupaten,” katanya.

Kabag Humas Setdakab Aceh Barat Muhammad Amin SH mengatakan, setelah menerima laporan terjadinya bencana di Pante Ceureumen, pemkab terus berupaya mengumpulkan bantuan dan relawan bersama petugas terkait untuk diterjunkan ke lokasi untuk melakukan penanggulangan keadaan darurat, termasuk distribusi bantuan. “Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinsosnakertrans dan BPBD untuk menyalurkan bantuan makanan serta kebutuhan darurat lainnya,” demikian Muhammad Amin.

Wilayah selatan
Hujan lebat disertai angin kencang dilaporkan masih melanda wilayah selatan Aceh, mulai dari Kabupaten Abdya hingga Aceh Selatan. Aktivitas warga terganggu, puluhan rumah terendam. Bahkan di Kabupaten Aceh Singkil, badai belum juga ada tanda-tanda mereda.

Di Kabupaten Aceh Selatan, hujan deras yang menggutur sejak Minggu (27/3) mengakibatkan Krueng Beutong di Kecamatan Kota Bahagia meluap mengakibatkan puluhan rumah di Desa Beutong dan Jambo Keupuk terendam.

Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid kepada Serambi, Selasa (29/3) mengatakan, banjir luapan Krueng Beutong mulai merendam rumah penduduk pada Selasa subuh sekitar pukul 04.00 WIB. Ketinggian air rata-rata mencapai 50 cm.

Luapan Krueng Beutong yang bermuara ke Krueng Bakongan itu juga merendam badan jalan menyebabkan jalur darat dari Desa Beutong ke Seuneubok Keranji sulit dilintasi kendaraan bermotor.

Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Trumon Tengah, Aceh Selatan, Drs Muhammad Zain melaporkan, hujan deras juga mengguyur wilayahnya. Meski belum ada rumah yang terendam, namun warga tetap siaga. “Ketinggian permukaan air sungai Krueng Gelombang yang merupakan muara Sungai Alas, Aceh Tenggara semakin mengkhawatirkan,” kata Zain.

Hujan lebat disertai angin kencang juga melanda wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) hingga Selasa sore kemarin. Masyarakat yang bermukim di kawasan rawan banjir semakin meningkatkan kewaspadaan karena khawatir terjadi banjir luapan. “Cuaca masih tetap memburuk, aktivitas masyarakat terganggu,” kata Nasruddin, seorang warga Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee, kepada Serambi, kemarin.

Badai belum reda
Badai yang menerjang laut Singkil, hingga Selasa (29/3) belum reda sehingga sejak empat hari terakhir aktivitas nelayan lumpuh total. Selain badai, hujan dengan intensitas sedang juga terus mengguyur menyebabkan beberapa daerah langganan banjir mulai tergenang.

Sedangkan di wilayah utara Aceh, cuaca buruk juga masih melanda Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menyebabkan nelayan di kedua daerah itu belum berani melaut. Ratusan boat dilabuh di dermaga TPI Pusong dan Kuala Keureutoe, Meuraksa, Bayu, Kuala Cangkoi, Seunuddon dan Kuala Jambo Aye. “Kami imbau nelayan agar tetap menahan diri untuk tidak melaut dalam kondisi cuaca buruk begini. Bahkan pencarian seorang korban hilang, yaitu nelayan dari Buluka Teubai, belum bisa dilakukan oleh tim SAR karena gelombang tinggi dan hujan deras,” demikian M Yusuf Sulaiman.

Boat tenggelam
Dari Bireuen dilaporkan, sebuah boat pancing milik M Yunus Saleh (65), warga Desa Meunasah Blang, Kecamatan Jeunieb tenggelam diterjang ombak saat hendak melaut, Selasa (29/3). Musibah itu terjadi di Kuala Jeunieb, tepatnya di Desa Lancang, sekitar pukul 17.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Kejadian itu berawal ketika M Yunus bersama anaknya, Zulfikar (31) hendak melaut. Namun ketika mereka baru keluar dari mulut kuala, tiba-tiba datang ombak besar dan langsung menghantam boat mereka. Akibatnya boat milik nelayan miskin itu hancur terbelah dua dan tenggelam. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 22 juta.(edi/az/tz/c39/ib/c38)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

Penebangan Hutan di Aceh Barat di Lahan Bekas HPH

Mon, Mar 28th 2011, 08:55

MEULABOH - Penebangan hutan yang dilakukan masyarakat di kawasan pedalaman di Kabupaten Aceh Barat, hingga kini dilakukan di lahan bekas Hak Penggarapan Hutan (HPH) milik perusahaan perkebunan yang kini tak lagi beroperasi, sehingga lahan dimaksud kini telah menjadi milik rakyat dan sama sekali tak melakukan penebangan di kawasan hutan lindung.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Aceh Barat T Helmi menjawab Serambi, Jumat (25/3) sore menanggapi masih maraknya penebangan hutan di kawasan itu oleh masyarakat, sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan.

“Penebangan hutan ini sama sekali tak berada di lahan hutan negara, karena dilakukan warga di lahan bekas perusahaan penebangan hutan dan kini telah menjadi hutan rakyat yang digunakan masyarakat,” katanya.

Menurut T Helmi, berdasarkan keterangan yang diperoleh dirinya pada petugas Polhut yang bertugas, kayu yang dipotong atau ditebang oleh masyarakat itu merupakan kayu yang berada di lahan bekas HPH dan hanya digunakan untuk pembangunan rumah atau kebutuhan masyarakat lainnya.

Bahkan ia menegaskan bahwa saat ini penebangan hutan lindung atau kawasan hutan yang dilarang oleh negara, sama sekali belum ditemukan adanya kasus tersebut oleh pihak Dishutbun Aceh Barat. sehingga pihaknya belum bisa mengambil tindakan apapun terhadap hal itu. “Namun apabila kami menemukan adanya pelanggaran terhadap penebangan hutan itu, maka tetap akan diambil tindakan tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” pungkasnya T Helmi.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Gubernur Diminta Bentuk Satgas Reaksi Cepat

Mon, Mar 28th 2011, 08:29
* Atasi Longsor di Lintas Barat-Selatan Aceh

MEULABOH - Gubernur Aceh diminta segera membentuk Satuan Petugas (Satgas) Reaksi Cepat guna ditempatkan di sejumlah titik yang rawan longsor di sepanjang lintasan Meulaboh-Calang-Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, serta kawasan Gunung Kapur di Kabupaten Aceh Selatan, dan di Kabupaten Aceh Singkil.

Pasalnya kawasan-kawasan tersebut tergolong rawan terjadinya musibah longsor serta kerusakan badan jalan akibat terjangan banjir, sehingga kerap menyebabkan terhentinya arus lalulintas dan berdampak buruk pada aktivitas masyarakat.

Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan Aceh, TAF Haikal kepada sejumlah wartawan di Meulaboh, Minggu (27/3), mengatakan, desakan pembentukan Satgas yang akan menangani setiap kejadian di jalan raya khususnya musibah longsor, rusaknya badan jalan, atau jembatan, merupakan suatu hal yang mendesak dan harus dilakukan.

Mengingat selama ini, kata Haikal, hampir setiap bulan lintasan badan jalan di kawasan pantai barat selatan Aceh itu kerap menimbulkan berbagai persoalan khususnya di jalan raya. Sehingga dengan adanya pembentukan Satgas itu semua persoalan yang terjadi bisa segera ditangani.

“Kalau tim Satgas ini dibentuk, saya rasa semua masalah longsor atau hambatan di jalan raya pasti segera teratasi. Karena topografi jalan raya di kawasan pantai barat-selatan Aceh ini sangat curam dan rawan longsor,” katanya.

Ia mengatakan, pembentukan Satgas itu juga sangat mendesak dilakukan dan segera ditempatkan di lintasan Meulaboh-Medan khususnya kawasan Gunung Kapur, Kabupaten Aceh Selatan serta kawasan jalan provinsi lainnya di Kabupaten Aceh Singkil yang rawan longsor. Sehingga aktivitas pengiriman barang dan aktivitas masyarakat tak terganggu.

Haikal mengaku telah menyampaikan usulan pembentukan tim Satgas itu kepada Gubernur Aceh melalui Sekda Teuku Setia Budi. Akan tetapi hingga kini hal itu sama sekali belum terealisasi. Ia berharap, pembentukan Satgas itu bisa segera dibentuk guna menghindari persoalan serupa seperti yang selama ini kerap terjadi di lintas pantai barat-selatan Aceh.(edi/c45)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Banleg DPRK Aceh Barat Bahas Delapan Raqan

Fri, Mar 18th 2011, 08:47

MEULABOH - Badan Legislislasi (Banleg) DPRK Aceh Barat membahas delapan rancagan qanun (Raqan) yang diserahkan eksekutif. Pembahasan yang berakhir Rabu (16/3) merupakan prapembahasan dan selanjutnya akan dibawa ke Pemerintah Aceh guna dikoordinasikan kembali.

Wakil Ketua Banleg, Bustan Ali didampingi anggota, Barnawi, kepada Serambi, kemarin menjelaskan, delapan Raqan yang sudah dibahas guna dibawa ke Banda Aceh adalah Raqan tentang pajak daerah, aqan retribusi izin trayek, Raqan terminal, Raqan pengelolaan dan pelabuhan umum, Raqan retribusi pelabuhan penyeberangan.

Selain itu, Raqan retribusi pelayanan kepelabuhanan, Raqan pengelolaan administrasi kependudukan, dan Raqan pokok pengelolaan daerah. “Dari delapan Raqan, satu Raqan ditunda dan harus disempurnakan lagi,” ujar Bustan.

Menurutnya, pembahasan yang dilakukan Banleg merupakan prapembahasan dan akan dibawa ke Badan Musyawarah (Banmus) dan ditentukan jadwal pembahasan lebih lanjut. Sebelumnya juga akan dilakukan koordinasi dengan provinsi terhadap Raqan itu sehingga setelah semua tidak masalah lagi baru diparipurnakan.(riz)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 02 Mei 2011

Penebangan Hutan di Aceh Barat Semakin Parah

Thu, Mar 17th 2011, 09:03
Seorang Pelaku Ditangkap Polisi


Personel Polres Aceh Barat, Rabu (16/3) memperlihatkan barang bukti hasil penebangan liar berserta tersangka yang ditangkap di kawasan Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, kabupaten setempat Selasa (15/3) sore. SERAMBI/DEDI ISKANDAR


MEULABOH-Aparat kepolisian dari Kesatuan Reserse dan Kriminal Polres Aceh Barat, Selasa (15/3) sore sekitar pukul 17.30 WIB menangkap Abdul Manan bin Abdul Basyah, seorang pelaku penebang hutan beserta barang bukti di Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, kabupaten setempat, usai memotong kayu di kawasan pedalaman tersebut.

Adapun barang bukti yang berhasil diamankan polisi di antaranya, satu unit mesin pemotong kayu (Chain Saw), beserta 11 batang kayu besar yang siap dipotong dan diedarkan.

Kapolres Aceh Barat AKBP Drs Djoko Widodo MSi melalui Kasat Reskrim AKP Suwalto SH SIK kepada Serambi, Rabu (16/3) kemarin mengatakan, penangkapan yang dilakukan polisi terhadap Abdul Manan itu setelah aparat penegak hukum tersebut mendapatkan informasi dari masyarakat, yang menyatakan kawasan Kecamatan Panton Reue, Pante Ceureumen, serta Sungai Mas merupakan lokasi yang rawan dan marak dilakukan aktivitas penebangan hutan secara liar dan meresahkan masyarakat.

Berbekal informasi, kata AKP Suwalto, polisi langsung turun ke lapangan guna memastikan kebenaran informasi yang diterima itu. meski telah menyusuri sejumlah lokasi yang dicurigai sebagai lokasi pembalakan liar masing-masing di Kecamatan Panton Reue dan Pante Ceureumen, polisi tetap saja tak menemukan pelaku penebang hutan. Akhirnya, polisi yang tak mau kehilangan target, langsung menuju ke Kecamatan Sungai Mas guna melakukan pencarian.

Alhasil, aparat penegak hukum tersebut berhasil menemukan sebuah lokasi penebangan hutan di kawasan Simpang Beiben, Desa Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, dan berhasil mengamankan seorang pelaku yang baru saja memotong kayu dan beristirahat pada sebuah ladang di kawasan pedalaman tersebut.

Kata Suwalto, dari tangan pelaku polisi berhasil mengamankan sedikitnya 11 buah kayu besar yang telah siap untuk dipasarkan dan diolah, beserta sebuah mesin Chain Saw untuk memotong kayu.

Punya jaringan
Menurutnya, berdasarkan pengembangan yang dilakukan polisi dari keterangan pelaku, kayu besar yang dipotong itu merupakan suruhan seorang tauke perabot maupun tauke kayu guna diolah untuk berbagai keperluan. Dan pelaku mengaku, dari kayu yang dipotong itu ia mendapatkan bagian untuk kayu di bagian dinding guna dipasang dirumahnya.

Sedangkan bagian lainnya, merupakan milik sang cukong kayu untuk dijadikan berbagai jenis kayu olahan guna berbagai kebutuhan dan dijual ke konsumen. Apalagi dari tangan pelaku, polisi juga tak menemukan adanya surat izin untuk menebang kayu di kawasan hutan tersebut.

Dalam kasus tersebut, pelaku Abdul Manan dijerat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan ayat III huruf e dan k dengan ancaman kurungan penjara masing-masing selama 10 dan 3 tahun penjara, atau denda masing-masing sebesar Rp 5 miliar dan Rp 1 miliar. (edi)